"Pergi Regan!"
Regan yang tidak mengerti apa-apa itu, hanya bisa menuruti keinginan Fayolla. Mungkin suasana hatinya sedang tidak baik-baik saja, atau memang tubuhnya sedang diambil oleh Darren.
"Aku pulang, kamu masuk sekarang." Regan pamit. Setelah melihat kekasihnya pergi, Fayolla pun mengambil langkah untuk memasuki rumah.
Lama-lama gadis itu bisa gila, jika harus dihadapkan dengan kondisi seperti ini. Sampai kapan semua permasalahan ini akan berakhir, apakah sama seperti air matanya yang terus mengalir tanpa tahu di mana letak ujungnya.
Fayolla membanting pintu kamar, tubuhnya ambruk detik itu juga. Seharusnya ia tak perlu bertingkah sampai sejauh ini, harusnya ia bisa mempertahankan prinsip untuk tidak berpacaran dengan laki-laki mana pun. Jika sudah seperti ini alasan apa yang harus ia berikan pada Regan untuk mengakhiri kisah yang baru saja dimulai itu?
Tanpa ada yang tahu, hati Fayolla menjerit dalam diam—hatinya sakit. Memang sampai kapan pun ia tidak akan bisa lepas dari masa lalu, ikatan itu terlalu kuat hingga gadis itu tak bisa melepaskannya.
"Dari awal aku udah bilang, mati aja!" Suara itu menginterupsi. Selang beberapa detik kemudian tangan itu mengambil sebuah cutter.
"Kamu mau ngapain!"
"Mati!" balasnya enteng.
"Jadi, selama ini ... kamu yang ngelakuin ini semua?"
Dia tersenyum sendu, lalu tatapannya menajam. "Kakaknya terlalu bego." Suaranya berubah menjadi suara anak kecil, lalu dia tertawa.
"Sejak kapan kamu ada?"
"Jauh sebelum kamu ada, jadi aku yang berkuasa atas tubuhnya. Kakaknya gak ada hak buat ikut campur," timpalnya. Gadis kecil itu kembali tertawa—tangannya mengayun menyayat pergelangan hingga darah segar pun mulai mengalir dari luka yang cukup dalam itu.
"Lihatlah, bukankah ini menyenangkan?"
"Dania menyukai ini."
"Kak Darren diam aja, kita bisa pergi sama-sama, loh."
"Dia berusaha keras untuk keluar dari jeratan masa lalu yang mengikatnya. Dia berusaha bertahan, tapi kenapa kamu melakukan ini?"
"Untuk apa bertahan? Bahkan, sampai kapan pun orang yang memiliki luka buruk tidak akan bisa hidup dengan layak. Aku hanya ingin menghentikan segala rasa sakit yang dimilikinya, dengan begitu jika dia mati maka semuanya akan segera berakhir."
"Juga ... aku tidak suka orang lain memperlakukannya dengan baik."
Darren baru tahu, ternyata dia tidak sendirian. Fayolla memiliki alter lain yang bernama Dania—anak kecil berusia kurang lebih dua belas tahun, memiliki karakter manipulatif, pintar, dan juga pendendam. Bagaimana bisa dia tidak sadar akan alter lain yang ada di diri Fayolla untuk jangka waktu yang terbilang sangat lama?
"Dania, cukup," pinta Darren, tetapi Dania tak menggubrisnya. Ia tetap melakukan hal yang menurutnya menyenangkan. Hingga beberapa luka pun memenuhi pergelangan tangan Fayolla.
"Aku bisa ngelakuin hal yang lebih dari ini. Jika kamu tidak ingin aku melakukan itu, diamlah!" hardik Dania.
Setelah merasa puas, ia pun membaringkan tubuhnya—membiarkan darah segar mengalir tanpa henti. Sedangkan, Darren tidak bisa melakukan apa-apa, karena ia takut jika Dania melakukan hal yang lebih gila daripada ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monochrome! [END]
Ficção Adolescente"Memangnya kenapa kalo lo hidup di antara hitam dan putih? Lo cuma perlu mewarnainya, jangan malah menjadikannya abu-abu." - Regan Adelio Abian Di saat semua anak perempuan menganggap ayah adalah cinta pertamanya, tetapi tidak untuk Fayolla. Banyak...