Suara barang yang terjatuh ke lantai itu, menarik perhatian seorang perempuan yang tengah sibuk menyiapkan sarapan untuk suami dan putri semata wayangnya. Dia berjalan menghampiri dari mana asal suara itu, dilihatnya seorang gadis yang tengah berdiri dengan tangan yang meremas selembar foto.
"Apa-apaan ini, Fay?!" tanya perempuan itu dengan rahang yang sedikit mengeras.
"Bunda yang apa-apaan! Sudah berapa kali aku bilang, jangan lagi simpan foto ini di kamar aku," jawabnya dengan suara lantang.
"Fayolla!" sentak pria paruh baya yang baru saja keluar dari kamarnya.
Gadis itu melempar selembar foto di hadapan ibunya, mengabaikan sentakan dari pria yang tak lain adalah ayahnya. Mata gadis itu memerah, menahan tangis.
"Aku muak kalau harus lihat foto ini setiap hari."
Setelah itu, gadis yang bernama lengkap Fayolla Adya Kirani itu pergi begitu saja tanpa pamit. Lain halnya dengan sang ibu, perempuan itu beberapa kali menarik napas panjangnya, tidak mengerti dengan sikap Fayolla yang sering kali berubah-ubah setiap harinya.
"Dia bukan Yolla," ucap Viona—sang bunda.
"Dia Yolla, Na. Wajar kalo emosinya sering enggak ke kontrol, karena dia udah menginjak remaja," ujar suaminya yang mencoba menenangkan.
"Aku tahu dia, aku tahu bagaimana cara dia bersikap. Aku yang paling tahu anakku, Ka!" Viona menatap Raka—suaminya dengan tajam. Lalu, air mata pun terjatuh
"Don't think bad thoughts all the time, she's Yolla, Fayolla Adya Kirani." Raka menjawabnya dengan tegas, membuat Viona luluh.
***
Ke empat laki-laki yang baru saja menginjakkan langkah pertama di SMA Taruna Bangsa, sekolah yang tampak lebih luas dibandingkan dengan sekolah lamanya. Sang bunda sengaja mendaftarkan putra semata wayangnya di sekolah yang terbilang sangat ketat akan peraturannya, tetapi bukan berarti sekolah lamanya abai dalam segi aturan. Hanya saja, semua itu kembali lagi kepada muridnya masing-masing.
Sulit bagi Irene-sang bunda untuk mendaftarkan Regan di sekolah ini, terlebih lagi anaknya berasal dari Sekolah Menengah Kejuruan. Belum lagi, Regan memiliki kasus di sekolah lamanya. Namun, itu semua dipertimbangkan lagi oleh kepala sekolah dan akhirnya Regan bersama ketiga temannya bisa bersekolah di sana.
Banyak biaya yang dikeluarkan oleh Irene demi pendidikan sang anak, agar bisa menjadi seseorang yang diinginkan almarhum suaminya. Menjadi ibu sekaligus ayah memang tidaklah mudah, Irene harus banting tulang mencari uang hanya untuk menjamin masa depan putranya tersebut, tak jarang perempuan yang berumur 34 tahun itu merasa lelah dan hampir menyerah, terlebih lagi Regan selalu saja mengecewakannya.
Regan Adelio Abian, laki-laki yang saat ini menginjak usia 17 tahun itu memang sedikit keras kepala, laki-laki dengan gigi gingsul itu senang akan hal yang menantang, tetapi apa yang membuatnya senang justru malah menjerumuskannya ke dalam jurang permasalahan.
Tak hanya Regan, begitu pun dengan ketiga temannya. Seolah mereka sengaja dipertemukan dengan berbagai kelebihan dan juga kekurangan, saling melengkapi meski mereka memiliki banyak kekurangan, karena pada dasarnya di dunia ini tidak ada yang benar-benar sempurna.
Karena menurut Regan, yang sempurna itu hanyalah rasa sayang yang dia miliki untuk dua perempuan hebat di dunia ini, Irene dan Aluna.
![](https://img.wattpad.com/cover/297333973-288-k742064.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Monochrome! [END]
Ficção Adolescente"Memangnya kenapa kalo lo hidup di antara hitam dan putih? Lo cuma perlu mewarnainya, jangan malah menjadikannya abu-abu." - Regan Adelio Abian Di saat semua anak perempuan menganggap ayah adalah cinta pertamanya, tetapi tidak untuk Fayolla. Banyak...