Chapter 24 - Regan Untuk Fayolla

90 9 0
                                    

Hari ini, Fayolla akan pulang bersama Regan untuk menemui Irene. Sebelumnya gadis itu sudah meminta izin kepada orang tuanya jika dia akan pulang terlambat. Awalnya Viona sempat tidak mengizinkan, mengingat Fayolla yang tak bisa pulang sendirian di saat hari sudah mulai gelap. Namun, setelah Fayolla memberitahu dengan siapa dirinya akan pergi, Viona pun langsung memberinya izin.

"Tumben, lo pulang bareng sama Regan?" tanya Gea, yang sedikit curiga. Setau Gea keduanya tidak memiliki hubungan apa pun, atau mungkin keduanya menjadi dekat setelah Regan mengantar Fayolla waktu itu?

"Iya, lo berdua ada hubungan apa, sih?" timpal Reksa. Ketiga temannya itu penasaran, bagaimana mereka berdua bisa dekat?

"Gak ada, kita gak ada hubungan apa-apa," sanggah Regan dengan cepat.

"Kepo banget lagian, terserah dia lah mau deket sama siapa. Sibuk banget," papar Revano yang sedang sibuk memakai helm miliknya.

"Kalo gitu gue duluan, gue buru-buru," tutur Gea, yang kini sudah dijemput oleh supir pribadi ayahnya.

"Lo berhutang penjelasan sama gue!" teriak Gea sebelum dirinya benar-benar meninggalkan Fayolla.

Fayolla tersenyum tipis, penjelasan apa yang Gea maksud? Bahkan dirinya tidak memiliki hubungan apa pun dengan Regan. "Gue hari ini gak bisa ikut latihan," ucap Regan.

"Tanpa lo ngomong juga gue udah tahu, Re."

Sebenarnya, ketiga temannya itu tahu ... tidak semudah itu Regan membuka hati untuk orang baru, ditambah lagi Aluna baru saja pergi. Jadi, mereka percaya ketika Regan mengatakan tidak ada hubungan apa-apa.

Setelah berbincang yang tidak perlu, akhirnya mereka pun mulai meninggalkan area parkir. Kini, hanya ada Fayolla dan juga Regan. "Lo udah izin sama orang tua lo?" tanya Regan.

Gadis yang menggerai rambutnya itu pun mengangguk. "Udah," jawabnya.

Motor Regan berjalan melewati sebagian para murid. Seseorang yang berada di lantai dua itu melihat Fayolla yang dibonceng oleh laki-laki yang tak dikenalnya itu, dia Arsen—laki-laki yang mencintai Fayolla secara sepihak.

"Yakin lo masih mau ngejar Fayolla?" tanya seseorang kepada pemuda itu.

Arsen terdiam, entah harus bertahan atau berhenti di sini saja, rasanya sudah terlalu lelah mengejar yang tidak pasti. Namun, keputusan akan ia ambil setelah Fayolla membaca novel yang ia berikan beberapa waktu lalu. Itulah yang akan menjadi keputusan akhirnya.

"Lagian lo gak cocok sama dia, Sen. Elle lebih menarik daripada Fayolla," ucapnya lagi, tetapi Arsen tetap tidak merespons apa pun. Meski di mata sebagian murid, Elle jauh lebih baik daripada Fayolla.

Seolah laki-laki sempurna hanya diciptakan untuk perempuan yang sempurna juga. Itu sudah seperti hukum alam, padahal nyatanya tidak seperti itu. Perasaan tidak tahu kapan dan kepada siapa hatinya harus berlabuh, begitu pun dengan Arsen.

"Yang orang liat itu covernya aja, Vin. Mereka gak tahu orang yang mereka anggap sempurna itu sebenarnya seperti apa," balas Arsen kepada Gavin yang tak lain adalah wakil ketua osis.

"Lo ngeraguin Elle?" tanya Gavin.

"Bukan. Gue cuma mau ngingetin lo, kalau lihat seseorang itu jangan dari luarnya aja," balas Arsen, lalu laki-laki itu pun pergi menuju ruang osis untuk mengadakan rapat, karena akan ada acara tahunan untuk sekolahnya nanti.

Monochrome! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang