Setelah bel istirahat berbunyi, seluruh murid berhamburan keluar dari kelasnya. Hiruk-pikuk kebisingan mulai mengganggu ketenangan mereka berdua, Fayolla pun memutuskan untuk kembali ke kelas. Kecuali Regan yang masih ingin menyendiri di atap sana.
Fayolla memasuki kelas dengan santai, seolah tidak ada yang terjadi pagi ini, karena setau dirinya memang tidak ada masalah apa pun. Dia menyapu pandang, tidak melihat di mana Gea berada. Ke mana gadis itu pergi?
"Lo cari Gea?" tanya Revano yang dibalas anggukan oleh Fayolla.
"Gea pulang, ada urusan mendadak katanya!" teriak Revano dari belakang, melihat gerak-gerik Fayolla laki-laki itu langsung mengerti, siapa yang sedang gadis itu cari. Di sana hanya ada Revano seorang diri, karena Reksa dan Radit sedang pergi ke kantin.
Fayolla tidak meresponsnya lagi, ia memilih untuk mendengarkan beberapa lagu dari ponselnya. Namun, kegiatan gadis itu terhenti, ketika ia melihat kedatangan Elle dengan seragam yang sudah basah kuyup. Iris coklat Elle terus memperhatikannya, menatap Fayolla dengan penuh kebencian.
Selang beberapa detik kemudian, Fayolla menghindari kontak mata dengan Elle, melanjutkan kembali aktivitasnya yang sempat terhenti. Namun, dapat Fayolla rasakan jika Elle masih menatapnya. Begitu pun, dengan beberapa siswa lain.
Iris coklat Elle terus saja memandang Fayolla, hingga gadis itu merasa terusik karenanya. "Apa?" tanya Fayolla santai. Elle berjalan mendekat dengan pakaiannya yang basah itu.
"Gue benci lo!" bisik Elle, lalu mendorong pundak Fayolla membuat gadis itu sedikit terhuyung.
"Bukannya dari dulu juga, lo benci gue?" tanya Fayolla yang masih terlihat santai, tidak seperti tadi pagi yang terus-menerus menyerang Elle.
Elle tersenyum smirk, lalu dia meludah tepat di hadapan Fayolla. Setelah itu, gadis yang bernama lengkap Ellena Margaretha itu pergi begitu saja. Fayolla menatap kepergian Elle, hingga gadis itu menghilang dari pandangannya.
Dari dulu, keduanya memang tidak pernah akur. Terlebih lagi, ketika Elle tahu bahwa laki-laki yang disukainya itu menyukai Fayolla, lagi dan lagi semua tentang Fayolla. Bagaimana Elle tidak membencinya?
Hidup itu bukan perihal siapa yang paling sempurna, karena kesempurnaan tidak menjamin kebahagiaan. Kebahagiaan itu tercipta dari diri sendiri, begitu pun dengan Elle. Dia tidak perlu menjadi seperti Fayolla untuk bahagia, yang bahkan dia saja tidak tahu bagaimana kehidupan orang yang dibencinya tersebut.
Hari ini, rasanya sangat melelahkan. Berapa banyak tenaga yang sudah Fayolla keluarkan? Kenapa seluruh tenaganya seperti terkuras habis?
Tak terasa, tiga jam telah berlalu. Sebentar lagi bel akan berbunyi—pertanda bahwa jam pelajaran telah usai, kini para murid pun bersiap-siap untuk segera pulang. Tak harus menunggu lama, bel pun berbunyi, semua murid berhamburan keluar dari kelasnya. Begitu pun dengan Fayolla dan juga R4.
Fayolla terdiam, ketika melihat motor sport miliknya ada di area parkir. Mungkinkah ia lupa lagi? Jika tadi pagi dirinyalah yang mengendarai motor tersebut. Tak mau memikirkan itu semua, Fayolla pun bergegas meraih helm lalu menaiki motornya.
"Lo bawa motor ini, Fay?" tanya Radit, yang kebetulan motornya bersebelahan dengan motor Fayolla.
"Iyaa, Dit." Fayolla tersenyum tipis, mungkin sebagian murid akan merasa aneh ketika melihat dirinya membawa motor itu, karena Fayolla tidak pernah mengendarai motor tersebut ke sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monochrome! [END]
Teen Fiction"Memangnya kenapa kalo lo hidup di antara hitam dan putih? Lo cuma perlu mewarnainya, jangan malah menjadikannya abu-abu." - Regan Adelio Abian Di saat semua anak perempuan menganggap ayah adalah cinta pertamanya, tetapi tidak untuk Fayolla. Banyak...