Fayolla menarik selimut hingga menutupi hampir seluruh tubuhnya, padahal sinar matahari sudah menghangatkan bumi pertiwi. Namun, hanya karena hari ini adalah hari minggu, gadis itu lebih memilih untuk menghabiskan waktunya—bermanjaan dengan tempat tidur.
Baru saja Fay menarik selimut itu, Gea malah menariknya kembali. Gadis yang baru selesai mandi itu sudah berulang kali untuk membangunkan sahabatnya, tetapi dia hanya meresponsnya dengan gumaman saja. Lalu, dia akan tertidur kembali, karena menurut Fayolla libur adalah tidur. Tidak ada kegiatan lain, selain tidur dan bermalas-malasan di atas kasur.
Tak hanya itu, kemarin sore hingga hari ini Fayolla terlihat sangat segar, tidak seperti beberapa hari yang lalu yang selalu terlihat lesu dan tidak bersemangat.
"Fay udah jam delapan, nggak mau bangun?" Selimut itu ditarik kembali oleh Gea, hingga terlihat tubuh Fay yang hanya terbalut kaos dan juga celana pendek.
Ya, keduanya sudah berbaikan. Gea yang datang ke rumah Fayolla sore tadi dengan air mata yang membanjiri kedua pipinya. Fayolla tidak bertanya kenapa, karena dia tahu hanya ada satu alasan kenapa gadis itu menangis.
"Masih pagi, mau ke mana, sih," ucapnya dengan gusar.
"Gue harus balik, lupa kalo hari ini jadwal check up-nya mama," jawab Gea seraya mengeringkan rambutnya.
Fayolla melirik ke arah Gea sebentar, lalu ia mengambil selimut dan menutupi kembali seluruh tubuhnya. "Jangan lupa tutup pintunya," papar Fayolla sebelum dirinya benar-benar pergi ke alam mimpinya, lagi.
"Dasar kebo!" celetuknya.
Tanpa lama-lama, Gea pun keluar dari kamar yang bernuasa putih itu, tak lupa ia pun berpamitan kepada Viona yang sedang sibuk memasak di dapur. "Gea pulang, Bun," pamitnya.
"Kok pulang?" tanya Viona ramah.
"Iya, Bun. Hari ini, Mama harus check up sama cuci darah," jawabnya seraya mencium tangan Viona, yang tak lain adalah ibu dari Fayolla-sahabatnya.
"Nggak sarapan dulu?"
"Nggak, deh, Bun. Makasih. Om Raka di mana?"
Viona menunjuk ke arah halaman utama, terdapat Raka-suaminya yang sedang membaca koran. Padahal rencana sebelumnya, Gea ingin mengajak Fayolla keluar, menonton dan melakukan keseruan lainnya, karena hampir dua minggu lebih ia tak menghabiskan waktu bersama gadis itu. Sebab, saat liburan kemarin Gea pergi ke rumah neneknya yang ada di Jogja.
Setelah berpamitan kepada Raka, Gea pun bergegas untuk segera pulang. Gadis yang dikenal akan sifatnya yang frontal dan mudah beradaptasi dengan siapa pun membuat dirinya disukai banyak orang, entah itu perempuan atau pun laki-laki. Namun, satu yang tidak bisa hilang dari sifat Gea, yaitu terlalu berlebihan terhadap apa pun, lebih-lebih kepada orang yang dekat dengan dirinya.
Jika, Gea sudah merasa sayang dan nyaman, maka akan sulit dikontrol. Baiknya kelewat baik, sekalinya marah maka dia akan mendiamkan orang tersebut selama berhari-hari. Entah, harus beruntung atau tidak jika memiliki kekasih seperti Geasya Aurellia Nazine.
Lain halnya dengan Fay, gadis itu tampak frustrasi karena matanya tak mendukung untuk diajak tidur kembali. Ia menarik selimut yang menutupi tubuhnya, lalu mengganti posisinya menjadi duduk. Atensinya mengedar, mencari sebuah jedai yang ia lupa menaruhnya di mana. Alih-alih mencari jedai, kini matanya justru menatap sebuah paper bag berwarna biru yang sudah berhasil menarik perhatiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monochrome! [END]
Teen Fiction"Memangnya kenapa kalo lo hidup di antara hitam dan putih? Lo cuma perlu mewarnainya, jangan malah menjadikannya abu-abu." - Regan Adelio Abian Di saat semua anak perempuan menganggap ayah adalah cinta pertamanya, tetapi tidak untuk Fayolla. Banyak...