Jalanan tampak sepi, hanya ada satu atau dua kendaraan yang lewat setiap menitnya. Regan pun melepaskan cekalan tersebut dan membiarkan gadis itu untuk pergi ke seberang jalan sana. Regan tak mengalihkan pandangannya barang sedetik pun, hingga ia tak sengaja melihat sebuah mobil melaju kencang yang hendak menyambar tubuh Fayolla.
"Fayolla!" teriak mereka serempak, Fayolla menoleh. Namun, pandangannya terhenti ketika ia melihat cahaya mobil yang beberapa detik lagi akan menyambar tubuhnya.
Tubuh Fayolla terlempar beberapa meter, setelah Gea berhasil menarik tubuhnya yang hampir tertabrak itu. Fayolla terdiam, dengan mata yang menatap lurus ke depan, hingga beberapa detik kemudian aroma darah segar menyengat indera penciumannya.
Matanya menyapu pandang, tepat di pertengahan jalan sana ia melihat beberapa orang yang berkerumun. Tubuhnya yang masih lemas karena terkejut itu pun berusaha untuk bangkit. Namun, Regan dengan cepat memeluk gadis itu yang sedang berusaha menerobos kerumunan. Fayolla penasaran dan ingin melihat apa dan siapa yang tertabrak.
"Si ... siapa, Re?" tanyanya dengan tubuh yang bergetar hebat, karena yang terakhir kali ia lihat adalah Gea. Ya, dia samar-samar melihat Gea yang berlari ke arahnya.
"Fay." Regan mengeratkan pelukannya.
"Regan jawab gue!" Fayolla berusaha berontak. Namun, Regan malah memeluknya semakin erat.
Beberapa detik kemudian ambulan datang, membawa jasad yang tertutupi kain putih, lalu dimasukkannya ke dalam mobil tersebut. Dapat Fayolla lihat tangan dengan gelang putih berinisial F itu terjuntai dilumuri darah segar. Gelang tersebut sama persis seperti gelang yang ia miliki. Inisial F untuk Fayolla yang digunakan oleh Gea, dan inisial G untuk Gea yang digunakan oleh Fayolla.
"Gea?" gumamnya pelan.
Katakan apa yang dia lihat adalah kesalahan, itu bukan Gea. Secepat inikah Tuhan mengabulkan harapannya?
"Tuhan ambil aja semuanya. Aku capek!"
Haruskah ia menarik semua perkataannya?
"Bilang sama gue, Re. Itu bukan Gea, 'kan?"
Regan hanya diam, entah harus dari mana ia menjelaskannya. Bahkan, untuk mengatakan kata 'YA' saja sangat berat. Kini, Regan membawa Fayolla duduk di pinggir jalan, diikuti oleh Reksa dan juga Radit. Sedangkan Revano, laki-laki itu mengantar jasad Gea yang akan dibawa ke rumah sakit terdekat.
"Dari semua yang aku punya, kenapa harus Gea?" Fayolla menatap laki-laki yang duduk di sampingnya. Kini ... dapat Regan lihat, mata merah dengan air mata yang terus berderai itu kian mendominasi wajah cantiknya.
"Tuhan boleh ambil apa aja, asal jangan Gea."
"Harusnya gue dengerin lo." Beberapa kali Fayolla memukul kepalanya. Dia terlalu keras kepala hingga menyebabkan seseorang mati.
"Ini bukan salah lo, Fay." Reksa bersuara, meski ia belum lama mengenal Gea. Namun, laki-laki itu bisa merasakan sakitnya kehilangan.
"Semua terjadi tiba-tiba," ujar Radit yang ikut merasa terpukul.
Kempat laki-laki itu melihat dengan jelas bagaimana mobil itu menyambar tubuh Gea hingga terseret beberapa meter. Semua terkejut bahkan tidak bisa berkata apa-apa, tidak ada reaksi apa pun yang dapat mewakili perasaannya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monochrome! [END]
Teen Fiction"Memangnya kenapa kalo lo hidup di antara hitam dan putih? Lo cuma perlu mewarnainya, jangan malah menjadikannya abu-abu." - Regan Adelio Abian Di saat semua anak perempuan menganggap ayah adalah cinta pertamanya, tetapi tidak untuk Fayolla. Banyak...