Chapter 41 - Feel Painful

101 4 0
                                    

Kejadian pilu yang Fayolla rasakan selama beberapa tahun itu, tentu saja masih terasa menyakitkan sampai detik ini. Sudah berapa tahap yang ia lalui untuk tiba di titik ini—titik di mana dia sudah mulai terbiasa dan mulai merelakan apa yang sudah hilang. Dia juga bersusah payah mempertahankan hidup ketika mentalnya sudah benar-benar rusak. Namun, mereka yang tidak mengerti apa-apa itu telah berhasil menjatuhkannya hanya dalam kedipan mata.

Beberapa menit yang lalu, Regan berhasil membawa Fayolla keluar dari kelas dan mengajaknya untuk pergi ke atap, mencoba mengambil perhatian gadis itu agar tidak terus memikirkan perkataan Elle. Namun, di sisi lain Fayolla terus-menerus meracau tidak jelas dan mengusap-usap tubuhnya sendiri—seperti sedang menghapus kotoran yang menempel pada pakaian yang dikenakannya.

"Kenapa?" tanya Regan heran, ketika melihat pergerakan Fayolla yang tidak seperti biasanya.

"Jijik," ujar Fayolla tertawa kecil.

"Fay?" panggil Regan pelan. Namun, gadis itu sama sekali tak menggubris ucapannya.

Semenjak perdebatannya dengan Elle, sikap Fayolla mendadak berubah. Dia terus menyalahkan atas apa yang sudah terjadi beberapa tahun lalu, yang jelas-jelas itu semua bukanlah kesalahan dirinya. Adakah cara untuk menghilangkan jejak masa lalunya? Jika ada tolong beri tahu!

Dunia terlalu keras untuk Fayolla yang lemah, dunia terlalu menyenangkan untuk Fayolla yang sama sekali tak memiliki kesenangan. Dunia dan seisinya itu jahat!

Lama keduanya berada di atap sana, akhirnya Regan pun memutuskan untuk membawa Fayolla pulang dengan izin wali kelas tentunya. Hari ini, Fayolla benar-benar aneh, dan bisa Regan pastikan bahwa itu bukan Fayolla mau pun Darren.

"Fay, pegangan, ya!" teriak Regan, tetapi lagi dan lagi Fayolla tak mengindahkan ucapan laki-laki itu, terpaksa Regan pun menarik tangan Fayolla untuk melingkar di pinggangnya. Satu hal yang harus Fayolla ketahui, Regan tidak akan menjaga jarak sampai kapan pun meski cerita mereka telah usai.

Regan mengemudikan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata, hingga sampai lebih cepat daripada yang seharusnya. Setelah itu, Regan menepikan motor dan membawa Fayolla masuk, yang langsung disambut oleh Viona.

"Kok pulang lebih awal, Re?" tanya Viona yang langsung mengambil alih tas Fayolla dari genggaman laki-laki itu.

"Ada masalah di sekolah, terus juga Fayolla kebanyakan melamun sama tertawa gak jelas. Regan gak ngerti kenapa, jadi Re bawa Fay pulang, Tan."

"Masalah apa?"

"Akhir-akhir ini ada satu murid yang terus ngusik Fayolla," jawabnya.

Suara tangisan Fayolla tiba-tiba menginterupsi, membuat Viona sedikit terkejut karenanya.

"Fay?" panggil Viona pelan.

Fayolla menatap ke arah Viona sebentar, lalu gadis itu menunduk dan berkata, "Kenapa semua orang jahat?" lirihnya.

"Siapa yang jahat?"

"Semuanya. Semua orang jahat, mereka terus memperlakukan aku dengan buruk." Beberapa detik kemudian, tangisannya berubah menjadi tawa. Tawa dengan air mata yang terus berderai dari pelupuk matanya.

"Aku boleh istirahat, gak?" tanya Fayolla, yang langsung mendapatkan anggukan dari sang Bunda.

Fayolla tersenyum, dan kembali berkata, "Istirahat selama-lamanya."

Monochrome! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang