Suara dentingan sendok yang bertemu piring sesekali terdengar. Selang beberapa menit kemudian, Irene menaruh sendok dan garpu di atas piring kotornya, menandakan bahwa wanita tua itu sudah selesai makan. Diikuti oleh Regan dan juga ketiga temannya. Kini, Irene menatap anaknya yang tengah bersandar karena terlalu kenyang.
"Aluna bagaimana?" tanya Irene, membuat Regan membenarkan posisinya menatap Irene dengan benar.
"Belum ada perkembangan," ujarnya mengalihkan atensi. Tangan kekar milik Revano pun mengelus pundaknya, sabar.
"Kemungkinannya sangat kecil," imbuh sang bunda, yang mendapatkan tatapan bingung dari keempat pemuda itu.
"Maksud, Bunda?" Suara itu terdengar bukan dari mulut Regan melainkan Radit.
Helaan napas berembus dengan berat. "Tante Dian nyuruh Regan buat nggak nungguin Luna lagi," tuturnya dengan berat.
"Bunda sepemikiran sama Tante Dian. Memangnya mau sampai kapan, Re?"
"Bunda juga tahu, 'kan? Kehilangan itu adalah hal yang paling menyakitkan. Jadi, enggak salahnya Regan nunggu, selagi masih ada kesempatan."
"Kalaupun Aluna diberi kesempatan untuk hidup, apa dia bisa menerima kamu lagi?"
"Loh, kenapa nggak?" tanyanya heran. Sedangkan ketiga temannya hanya menyimak percakapan antara ibu dan anak.
"Kalau kemungkinannya hanya sepuluh persen, bagaimana? Jangankan untuk menerima orang lain, menerima diri sendiri aja pasti sulit, karena keadaannya udah beda, Re."
"Apa seburuk itu dampak kejahatan seksual?" Revano bertanya.
Irene mengangguk. "Lebih tepatnya, kejadian itu memengaruhi kesehatan mentalnya, hingga tak jarang banyak korban yang mengalami trauma akut."
"Hampir semua orang yang mengalami kejahatan seksual itu akan merasa kurang percaya diri, menganggap bahwa dirinya kotor, banyak di antaranya yang mengalami gangguan kepribadian, tapi nggak jarang juga banyak dari mereka yang bisa terlepas dari masa suramnya. Namun, tidak semua korban bisa semudah itu menerima dan menjalani kehidupannya seolah tidak terjadi apa-apa."
"Begitu pun dengan Aluna. Bunda beberapa kali mendapatkan pasien yang menjadi korban kejahatan seksual seperti Aluna, hampir semua keluhan mereka itu sama. Maka dari itu, kenapa Bunda bisa bilang ini ke kamu."
Regan terdiam, mencerna setiap kalimat yang diucapkan oleh sang bunda. Jika memang benar, apakah ia siap menerimanya? Tentu saja Regan akan menerima Aluna, meski itu bukan hal mudah untuk dilewatinya.
"Terus tanggapan Bunda sendiri sebagai psikolog gimana?" Reksa yang mulai tertarik dengan pembahasan ini pun mulai mengeluarkan semua pertanyaan yang ada dalam benaknya.
"Satu lagi, dampak yang paling buruk dari kejahatan seksual apa selain gangguan kepribadian?" tambah Reksa.
"Untuk pelaku dari kasus Aluna, mungkin dia bisa disebut sebagai pedofilia, karena dia seperti mengidap gangguan seksual berupa nafsu seksual terhadap anak di bawah umur atau remaja yang berusia kisaran 14 sampai 15 tahun. Namun, kebanyakan dari kasus kejahatan seksual itu dilakukan oleh para remaja pria, kenapa? Karena remaja itu sangat rentan terhadap pengaruh prilaku negatif. Contohnya, adiksi narkoba, seks bebas, atau bahkan tindakan kriminal. Menurut kalian apa yang menjadi penyebab utamanya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Monochrome! [END]
Novela Juvenil"Memangnya kenapa kalo lo hidup di antara hitam dan putih? Lo cuma perlu mewarnainya, jangan malah menjadikannya abu-abu." - Regan Adelio Abian Di saat semua anak perempuan menganggap ayah adalah cinta pertamanya, tetapi tidak untuk Fayolla. Banyak...