11. Abim

18 2 0
                                    

Selamat membaca😍❣️
Semoga suka😚🤗🖤

🖤*****>_<*****🖤

"Hah?" Disya sangat terkejut.

Nindira tertawa cukup keras melihat reaksi Disya yang tidak sesuai bayangannya. Ia pikir, gadis itu akan mengelak atau mengiyakan. "Haha. Kakak cuma bercanda, Dis."

Disya menghela napas lega.

"Kamu takut Arden beneran nikahin kamu nanti pas udah kelulusan?" tanyanya ingin tau.

"Nggak kak. Soalnya, gak mungkin Arden kayak gitu," jawab Disya santai.

"Mungkin aja. Kita kan gak tau," timpal Nindira membuat Disya diam.

"Oh, iya. Aku boleh nanya sesuatu gak, kak?" Disya menatap Nindira yang terlihat bingung.

"Boleh. Mau nanya apa?"

Disya menghela napas pelan. Ia pun berucap, "Kenapa sikap kakak baik sama aku? Aku kan, adiknya orang yang hampir melakukan hal buruk sama kakak."

Nindira sudah menduga jika Disya akan menanyakan itu. Ia diam beberapa detik, lalu, membuka suaranya, "Orang yang hampir ngelakuin hal buruk kan, kakak kamu. Bukan kamu. Jadi, gak aneh dong sikap kakak baik sama kamu. Lagipula, dulu kakak pengen punya adik perempuan. Dan kamu, orang yang kakak cari. Kakak udah anggap kamu sebagai adik sendiri," jelasnya.

Disya mengangguk-anggukan kepalanya paham. "Makasih banyak kak. Kakak juga, udah aku anggap sebagai kakak sendiri. Dan juga, tolong maafin perbuatan kakak aku ke kakak," pintanya memohon setelah tersenyum tulus kepada wanita yang tiga tahun lebih tua darinya.

"Soal itu, kakak belum tau bisa memaafkan Rizal atau nggak. Tapi, gak usah khawatir. Kakak baik-baik aja kok. Kejadiannya kan udah cukup lama. Jadi, kamu fokus sama masa depan kamu. Jangan mikirin kakak kamu, atau kakak," ucap Nindira menampilkan senyum hangatnya.

Disya hanya bisa membalas senyumannya seraya mengangguk paham. Mereka pun sampai di tempat tujuan. Setelah memasuki halaman depan rumah mewah keluarga Nindira dan Arden, mereka berdua mengucapkan salam saat pintu utama dibuka. Terlihat pasangan suami istri yang duduk di ruang tamu, berserta seorang pemuda tampan.

"Pantesan lama," sindir Arden menatap malas kakaknya dan gadis sebayanya.

"Maksudnya?" tanya Nindira merasa tidak mengerti. Dia duduk di samping Arden, dan di sampingnya ada Disya.

"Kalian kalo ketemu, pasti ngobrol. Mana ngobrolnya nggak cepet lagi. Jadi, pantesan datang ke sininya lama. Coba kalo Disya jalan sendirian, pasti udah datang dari beberapa puluh menit yang lalu," ujar Arden santai. Raut wajahnya masih terlihat malas menatap sang kakak.

Nindira menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ucapan adiknya memang benar. Suasana pun mulai hening selama dua menit. Hingga, seorang pria berusia 40-an, berdehem cukup keras. Arden, Disya, dan Nindira pun kompak menatap pria itu.

"Kita langsung ke intinya aja, ya," ucap Haris, "bagaimana dengan hubungan kalian?" Netranya menatap fokus ke arah dua remaja sma itu.

"Hubungan aku sama Disya, baik-baik aja, Pa," sahut Arden tersenyum ramah, nadanya sangat sopan.

Disya mengangguki ucapan Arden. Jujur saja, meski sudah dua tahun, dan dirinya sering bertemu dan mengobrol dengan orang tua Arden, rasa canggungnya masih ada. Mungkin karena ia merasa tidak enak, lantaran, latar belakang keluarganya yang jauh dari kata baik.

Everything is Revealed (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang