28. Cerita

14 2 0
                                    


Selamat membaca.🤗❣️
Semoga belum bosan, ya!😍

🖤*****>_<*****🖤

Arden mengangguk cepat, dan mengiyakan. "Oh, iya. Katanya Abang mau ngomong sesuatu sama aku? Kalo soal Kak Nindi kan, aku yang ngomong duluan."

Rizal diam sesaat. Ia pun menjawab, "Abang mau ngomong soal Disya."

"Disya? Ada apa?" Arden langsung menanggapi setelah mendengar nama gadis yang disukainya itu.

"Jadi gini, Abang mau lakuin sesuatu dan ninggalin negara ini entah sampai kapan. Jadi, Abang mau nitipin Disya sama kamu. Tolong jaga dia, dan anggap Disya sebagai adik kamu. Gantikan posisi Abang, oke?" jelas Rizal terlihat serius menatap Arden yang mendengarkan dengan baik.

"Kalo boleh tau, apa yang akan Abang lakuin sampai harus ninggalin negara ini?" tanya Arden menatap ragu-ragu Rizal, takutnya dia tidak sopan menanyakan pertanyaan ini.

"Maaf, kamu tidak boleh mengetahuinya. Begitu juga Disya," balas Rizal santai, namun, terdengar nada suara merasa bersalah.

"Ah, baiklah. Aku paham, Bang." Arden pun memilih untuk menganggukkan kepalanya.

"Kamu siap melakukan apa yang Abang inginkan?" ulang Rizal memastikan sekali lagi.

"Siap. Tanpa disuruh pun, aku pasti lakuin itu," ucap Arden yakin.

"Kenapa?" Rizal merasa kurang mengerti maksud ucapan Arden barusan.

"Aku cinta sama Disya, Bang," ungkap Arden penuh keseriusan.

"Apa?!" Meskipun Rizal pernah menebak jika pria di hadapannya itu menyukai Disya, tapi, tetap saja, dirinya merasa sangat terkejut mendengar pengakuan dari Arden.

Arden hanya tersenyum tipis menanggapi keterkejutan Rizal.

"Kamu udah bilang sama Disya soal perasaan kamu?" tanya Rizal ingin tau.

Arden langsung mengiyakan.

"Terus, dia balasnya apa?" Kening pria itu terlihat mengerut.

Arden lantas menceritakan semuanya. Hal itu, membuat Rizal menganga.

"Jadi, kalian mutusin buat dekat tapi gak ada hubungan?" terangnya menyimpulkan sendiri.

Remaja SMA itu, mengangguk cepat.

"Akan terus kayak gitu sampai kapan?" Rizal tentunya harus mengetahuinya, lantaran menyangkut masa depan adiknya.

"Kita berdua belum tau, Bang. Jadi, jalanin aja dulu," sahut Arden santai, tapi penuh keyakinan.

Rizal pun mengangguk-anggukan kepalanya mengerti. "Oh, iya. Dua tahun yang lalu, Abang dengar kamu sendirian gak setuju kalo Disya di keluarin dari sekolah. Kenapa? Padahal, dulu kalian belum terlalu dekat. Iya, 'kan?" Untung saja dia ingat, dan langsung mengatakan itu.

"Soal itu, sebenarnya, aku kenal Disya dari dulu. Jadi, aku gak setuju kalo dia di keluarin dari sekolah," ungkap Arden seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Awalnya, ia ragu untuk mengatakannya, tapi, hatinya berkata lain.

"Apa? Sejak kapan? Kok Abang gak tau, ya?" Kedua bola mata Rizal membulat mendengar ucapan Arden barusan.

"Sejak sekolah dasar. Aku sama Disya emang beda sekolah, tapi, sekolah kita jaraknya gak terlalu jauh. Rumah aku, ada di dekat sekolah dasarnya. Jadi, aku sering liat dia main sama teman-temannya," jelas Arden jujur. Ia juga menampilkan senyumnya.

"Hah? Sekolah dasar? Ah, iya, iya. Abang ingat." Rizal awalnya menganga, lalu mengangguk cepat. "Kamu yang antar Disya pulang gara-gara jatuh dari ayunan, 'kan?" Untung saja, dirinya ingat dalam waktu cepat.

Everything is Revealed (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang