38. Keputusan

11 2 0
                                    

Selamat membaca!😘

Semoga suka sama penyampaiannya!😉

🖤****>_<*****🖤

"Nanya apa?" Disya tidak ingin salah menyimpulkan.

"Lo udah buat keputusan? Mau balas dendam sama gue atau malah milih buat lupainnya?" tanya Raka membuat Disya menghela napas pelan.

"Udah. Gue udah buat keputusan," ujar Disya, "gue gak akan balas dendam. Gue milih buat lupain aja."

Raka sudah menduganya, tapi, tetap saja dirinya merasa tidak terima. "Kenapa? Harusnya lo milih dendam daripada cinta."

"Gue buat keputusan itu bukan cuma karena cinta. Gue harus sama Arden selamanya. Itu amanat dari kakak gue sebelum dia meninggal dunia," papar Disya jujur.

"Bohong. Lo cuma mau sama Arden karena cinta! Gue tau, Dis!" ujar Raka menatap tajam Disya yang seketika menghela napas kasar.

"Kenapa lo gak terima? Harusnya terserah gue dong mau setuju atau enggak. Gue yang boleh buat keputusan gue sendiri, lo gak usah ikut campur. Kalo terus kayak gini, kesannya lo kayak maksa," tegas Disya seraya berdiri dari duduknya. Tangannya mengambil novel yang semulanya berada di atas meja.

Raka menggertakkan giginya. Ia sama halnya berdiri. "LO NGERTI GAK SIH?!" bentaknya tanpa sadar.

Disya menatap Raka dengan tatapan tidak percaya. "Gak. Gue gak ngerti sama sekali. Kadang lo baik sama gue, dan kadang juga lo maksa gue buat nuruti keinginan lo." Nadanya santai, tapi penuh penegasan.

"Gue kayak gini juga karena gue CINTA SAMA LO!" Lagi, Raka tidak bisa menahan kekesalannya.

"Cinta lo bilang?" tanya Disya tersenyum sinis, "kalo lo beneran cinta sama gue, lo gak kayak gini. Lo mungkin cuma obsesi, bukan cinta." Setelah mengatakan itu seraya menatap tajam Raka, Disya pun berjalan keluar dari perpustakaan dengan langkah kaki cepat.

Raka mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat. Raut wajahnya masih terlihat sangat kesal. Ia membatin, "Arden. Ini semua gara-gara lo. Gue gak akan pernah biarin lo hidup bahagia gitu aja." Tidak ada kebohongan atau candaan semata dari kedua matanya.

Kemudian, Raka berjalan cepat keluar dari perpustakaan. Ia hendak pergi menuju kelas Kayla, sang pacar. Setelah tiba, tangannya langsung menarik secara kasar pergelangan tangan Kayla. Gadis itu tentunya sangat terkejut dan tidak mengerti. Saat di tengah-tengah perjalanan, Kayla melepaskan tangan Raka dengan cepat dan kasar.

"LO APA-APAAN SIH!" bentaknya. Bahkan panggilannya berubah menjadi 'lo' bukan 'kamu' lagi.

"LO YANG APA-APAAN!" sahut Raka sama halnya membentak. Kedua matanya menyiratkan ketajaman, nada suaranya sangat dingin.

Kayla membulatkan kedua matanya. "LO GILA, HAH? LO YANG TIBA-TIBA NARIK TANGAN GUE, SEHARUSNYA GUE YANG MARAH, BUKAN LO!" Lagi, Kayla kembali meninggikan suaranya.

"SEMUANYA GARA-GARA LO!" Raka menunjuk wajah Kayla menggunakan jari telunjuknya.

"MAKSUD LO APA TIBA-TIBA NUDUH GUE?! GUE AJA GAK NGERTI MAKSUD UCAPAN LO! LO EMANG UDAH GILA, YA!" Napas Kayla tidak beraturan. Raut wajahnya sangat datar, tangannya mengepal kuat. Untungnya mereka berada di halaman belakang sekolah yang cukup sepi. Awalnya Raka akan membawa Kayla ke atap.

Raka mengusap wajahnya secara kasar. "ANDAI AJA DULU LO GAK BUAT DISYA PINDAH, KEJADIANNYA GAK AKAN KAYAK GINI!" Ia seolah lupa hubungannya dengan Kayla apa.

Kayla langsung mengerutkan keningnya, ia merasa tidak mengerti. Lantas, dirinya bertanya, "Maksud lo apa? Emangnya apa yang gue lakuin dulu, ngaruh sama kejadian sekarang? Gue beneran gak ngerti." Nada suaranya berubah menjadi bingung, namun tidak meninggikan lagi.

Everything is Revealed (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang