24. Salahpaham

16 2 0
                                    

Selamat membaca.🤗❣️
Semoga gak bosan, ya!😍
Maaf kalo gak nge-feel, masih belajar. 🤭💞


🖤*****>_<*****🖤

"Kakak kamu, hampir bunuh diri lagi," lontarnya.

"Apa? Bagaimana bisa, Ma?" tanya Arden sungguh terkejut, begitu juga Disya.

"Kalian berdua cepat datang ke sini. Mama jelasin semuanya," suruhnya langsung mematikan sambungan teleponnya.

"Ayo," ajak Arden seraya menarik tangan Disya cepat, tapi lembut. Gadis itu tentunya menurut.

Arden melajukan motornya dengan kecepatan cukup tinggi, sehingga sampai lebih awal di rumah sakit yang lumayan jauh dari tempat mereka tadi. Tanpa mengatakan sepatah kata pun, Arden dan Disya berjalan cepat memasuki rumah sakit yang selalu ramai tersebut. Setelah menanyakan ruangan kakaknya, mereka berdua kembali berjalan cepat, kemudian masuk ke dalam ruangan rawat inap yang tentunya vip.

"Apa yang terjadi, Ma? Kenapa Kak Nindi hampir bunuh diri lagi?" Tanpa mengatakan salam, Arden malah langsung menanyakan itu. Raut wajahnya khawatir, begitu juga nada suaranya.

"Dia kembali, dan hampir melakukannya lagi," kata Seli seraya menghela napas kasar. Tangannya tidak berhenti mengusap lembut kening putri semata wayangnya.

"Maksud tante, kakak aku?" tanya Disya memperjelas.

Seli menganggukkan kepalanya. Disya dan Arden kompak terkejut.

"Tapi, dia masih dipenjara. Bagaimana bisa melakukan itu lagi?" ucap Disya merasa bingung.

"Suami tante yang membebaskannya lebih awal," akunya menunduk sesaat.

"Apa? Papa? Kenapa papa lakuin itu?" Arden mengerutkan keningnya. Sungguh, dirinya merasa terkejut sekaligus bingung.

"Entahlah. Mama belum tau alasannya," balas Seli seraya menghembuskan napas panjangnya.

Arden dan Disya diam beberapa detik. Hingga, pemuda tampan itu pun berucap, "Ceritain semuanya, Ma. Tadi sore, Kak Nindi masih baik-baik aja, kayak kemarin. Tapi, malam ini, dia hampir bunuh diri."

Seli pun menceritakan awal mulanya. Mereka dengan fokus mendengarkan. Sekitar setengah jam lebih, Seli terus berbicara, Arden dan Disya tidak mengeluarkan se-katapun. Setelah itu, suasana berubah menjadi hening beberapa menit. Raut wajah dua remaja sma itu, terlihat lelah.

"Ma, gimana kalo kita berdua cari taunya besok aja?" pinta Arden benar-benar membutuhkan istirahat. Begitu juga Disya. Hari ini, banyak yang mereka ketahui.

"Iya. Besok aja. Kalian sangat lelah, 'kan?" Untungnya, Seli mengerti.

Disya menganggukkan kepalanya. Otaknya tidak kuat untuk berpikir sekarang. Hati dan pikirannya hanya ingin tidur. Lantas, ia dan Arden pun berpamitan pulang kepada Seli yang langsung mempersilakan. Tadi, wanita itu menyuruh dua remaja tersebut untuk mencari tau lebih jauh lagi tentang Nindira dan pria yang hampir melakukan hal serupa seperti dua tahun yang lalu.

*****

Hari ini, adalah hari peringatan kematian Bara yang ke-4. Disya sudah memakai gamis berwarna hitamnya. Kerudung pasmina itu, sangat cocok di wajah Disya yang semakin memancarkan kecantikannya. Disya menatap cermin, kemudian, tersenyum manis, mencoba menyemangati dirinya sendiri. Gadis itu pun berjalan keluar dari rumahnya, netranya langsung melihat seorang pemuda tampan yang memakai kacamata berwarna hitam, berserta pakaiannya.

"Lo? Lo mau ikut?" tanya Disya bingung. Ia merasa tidak mengajak pria itu.

Arden menganggukkan kepalanya. "Kenapa? Lo gak mau gue ikut?" Ia malah menuduh.

Everything is Revealed (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang