43. Satu Ayah

17 2 0
                                    

Gak kerasa udah ke-43, aja. Hehe.

Happy reading!

Semoga suka, ya!

Jangan lupa tekan ⭐ dulu.🤭💘

🖤*****>_<*****🖤

"Ada yang mau gue omongin sama lo," ungkap Reina serius menatap Raka yang semakin bingung.

"Ngomong apa? Tumben," balasnya seraya melipatkan kedua tangannya di depan dada.

"Soal Kayla."

"Di mana tempatnya?" Raka langsung bertanya dengan posisi tubuhnya yang seketika berdiri tegak.

Reina tersenyum tipis. "Di sini aja. Waktu gue gak banyak. Gue sibuk," akunya.

"Oh, oke." Pemuda tampan itu memilih untuk mengangguk-anggukan kepalanya tanpa bertanya lagi. Ia tentunya tidak mengerti maksud ucapan Reina.

"Lo tau kenapa Kayla bisa meninggal?" tanya Reina masih berada di tempat semula. Berdiri di hadapan Raka dengan jarak sekitar dua meter.

"Karena kecelakaan. Dia jatuh dari tangga atap," jawab Raka santai, tapi kedua matanya menyiratkan keseriusan.

Reina tidak terkejut saat mendengarnya. Lantaran, Sela mengatakan kepada semua orang bahwa Kayla meninggal karena kesalahannya sendiri, bukan gara-gara didorong olehnya. Jia memohon kepada Sela agar melakukan itu. Ia tidak mau nama baik putrinya jadi kotor. Sela tentunya tidak mengiyakan begitu saja. Ia memperpanjang hungkumannya kepada Reina menjadi enam tahun.

"Salah. Bukan itu faktanya," kata Reina membuat Raka sedikit membulatkan kedua matanya.

"Jadi? Apa?"

"Gue cekik leher Kayla, terus dorong dia," papar Reina.

"Lo ngomong apa sih?! Jangan ngaco deh! Gue sama sekali gak percaya!" elak Raka seraya menggelengkan kepalanya. Raut wajahnya terlihat tidak suka menatap Reina yang langsung menghela napas kasar.

"Gue cuma ngomong yang sebenarnya, Ka. Gue ngelakuin itu. Kalo masih gak percaya, lo bisa tanya Tante Sela, Om Sean, Mama, Arden, dan juga Disya. Mereka tau kalo gue orang yang buat Kayla meninggal dunia," jelas Reina masih menampilkan raut wajah serius, nada suaranya semakin menegaskan.

Hati Raka masih belum siap menerima semua ini. Ia pun memejamkan kedua matanya selama beberapa detik. Kemudian, membukanya. Ia melangkah maju mendekati Reina yang tidak melakukan apapun, atau merubah raut wajah sama sekali.

"Jadi, lo beneran ngelakuin itu?" ulang Raka merasa ingin mendengarnya sekali lagi. Ia harap Reina mengelak.

"Iya. Gue sengaja." Reina menegadah ke atas agar bisa menatap wajah Raka yang berubah menjadi datar. Tingginya cukup jauh dengan pria tampan tersebut.

"Apa alasannya? Kenapa lo lakuin hal sekeji itu?" Raka masih mengajukan pertanyaan, ia sungguh membutuhkan jawaban.

"Karena gue benci sama dia."

"Benci?" Raka tersenyum sinis. "Kenapa lo harus buat nyawanya menghilang?" Setelah menjeda ucapannya selama beberapa puluh detik, Raka juga bertanya. Nada suaranya sangat dingin.

"Gue gak sengaja. Gue gak tau kalo kejadiannya akan kayak gini. Kalo gue tau dia bakal meninggal, gue gak akan lakuin itu," terang Reina. Kedua matanya menyiratkan kejujuran. Ada sedikit rasa ketakutan yang berusaha ditutupi oleh gadis itu.

"Lo harusnya langsung mikirin akibatnya," tegas Raka seraya menunjuk wajah Reina. Rahangnya mengeras, ia mencoba untuk tidak marah dan akan melampiaskannya ke hal lain.

Everything is Revealed (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang