08. Bahagia?

27 2 0
                                    


Selamat membaca🤩🖤
Semoga suka:)

🖤*****>_<*****🖤

"Disya, lo gak kasian sama Raka?" tanya Kayla dengan alis sedikit terangkat, senyum sinisnya tercetak jelas.

"Raka? Dia siapa?" Bukan Disya yang menanyakan itu, melainkan Arden.

Disya hanya bisa diam.

"Ada apa? Kenapa manggil nama gue?" Sontak, mereka bertiga membalikkan badan. Raut wajah Disya dan Arden berubah menjadi terkejut, berbeda dengan Kayla yang biasa saja.

Raka membelakakan kedua matanya. Ia melangkah cepat mendekati mereka bertiga. "Loh? Nadisya? Lo sekolah lagi di sini?!" Hebohnya.

Disya menganggukkan kepalanya.

"Kenapa? Lo gak betah sekolah di sana?" tanyanya lagi, "eh bentar, bukannya lo pindah? Tapi, kenapa sekolah lagi sini? Apalagi, barengan sama Disya." Kedua matanya menyipit menatap Arden yang menatapnya datar.

Disya mengabaikan pertanyaan dari Raka.

"Kok lo tau gue pindah? Sedangkan gue gak tau kalo lo pindah ke sekolah ini?" Alis Arden mengerut, menandakan jika dirinya tidak mengerti.

"Gue tau dari Tasha. Kenapa jadi nanya ke gue? Itu masalah lo yang gak tau gue pindah ke sekolah ini. Padahal, lebih duluan gue daripada lo," jelas Raka santai, tapi penuh penegasan.

Arden mengangguk-anggukan kepalanya mengerti. Ia bertanya, "Setelah gue pindah. Lo deket sama tunangan gue?"

"Tunangan?" ulang Raka. Takutnya dirinya salah mendengar.

"Iya. Kenapa? Lo kaget atau gak percaya? Ah, atau gak terima Disya tunangan sama gue?" tuduhnya dengan nada tidak santai.

Disya dan Kayla bahkan sedikit terkejut. Sikap Arden barusan, seolah-olah pria itu sangat mencintai Disya, sang tunangan.

Raka terperanjat. Ia mengalihkan tatapannya menjadi ke arah Disya. Raka bertanya, "Jujur sama gue. Lo beneran tunangan sama Arden? Gue gak percaya sama sekali. Jadi, tolong, jangan berbohong." Raut wajahnya terlihat serius.

Disya tersenyum tipis. "Lo pikir Arden bohong? Emangnya gue harus peduli kalo lo gak percaya?" tanyanya.

Raka kembali terkejut. "Lo kok jadi gini sih? Sikap lo berubah. Kenapa?" Ia tidak sungguh tidak menyangka.

"Cukup, Ka. Ini udah dua tahun. Seharusnya lo gak kayak gini. Lo bukan kelas sepuluh lagi. Sekarang lo udah jadi kakak kelas. Lo harusnya berpikir dewasa. Kita ini gak punya hubungan apa-apa. Kita juga gak pernah dekat seperti teman. Jadi, berhenti bersikap seolah-olah kita pernah sangat dekat." Disya muak dengan sikap Raka kepadanya. Ia tidak peduli jika dirinya membuat pria itu malu atau sakit hati.

Tiga orang itu, menatap ke arahnya dengan raut wajah berbeda. Antara terkejut dan tidak percaya mendengar semua yang dikatakannya. Disya pun segera menarik tangan Arden dengan cepat. Tanpa pamit, ia dan sang tunangan pergi meninggalkan Raka dan Kayla di dekat lapangan. Arah mereka berjalan, seperti menuju ruangan kepala sekolah.

"Lo denger sendiri. Jangan kekanak-kanakan dan terlalu berharap untuk dekat. Disya itu gak mau sama lo. Harusnya lo sadar diri. Dia juga udah punya tunangan. Mundurlah, daripada terus sakit hati." Kayla bukannya memanas-manasi Raka. Ia hanya ingin membuat orang yang pernah disukainya sadar dan berhenti.

"Memangnya apa yang gue lakuin itu berlebihan? Gue cuma nanya, Kay. Kenapa dia kayak gak suka banget sama gue? Apa salah gue, Kay? Gue cuma mau dekat sama dia. Tapi, dia kayak ngehindar dari gue. Gue gak bisa jauhin dia gitu aja, gue belum berjuang," curhat Raka setelah menghembuskan napas panjangnya.

Everything is Revealed (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang