45. Takdir

15 2 0
                                    

Selamat membaca.😘
Semoga suka!
Jangan lupa tekan ⭐ dulu. Hehe.

🖤*****>_<*****🖤


"Apa isi surat terakhirnya?" tanya Sela penasaran.

"Ini." Sean menyerahkan tiga lembar kertas berwarna putih kepada mantan istrinya tersebut.

Sela menerimanya, namun Jia langsung mengambilnya secara kasar dan cepat. Wanita itu tentunya terkejut, tapi memilih untuk membiarkan. Arden malah berjalan mendekati Reina, ia menatap intens tubuh teman dekatnya yang sudah tidak bernyawa. Dan Disya berdiri di samping Sela yang fokus menatap kertas di tangan Jia.

>

Dari Reina untuk Mama, Om Sean, Tante Sela, Disya, dan Arden.

Aku gak tahan terus hidup di dunia ini. Apalagi ngebayangin harus ngehirup udara di negara asing sendirian. Tante Sela, aku benar-benar nyesel udah buat Kayla meninggal dunia. Aku emang pantas dapat hukuman, tapi aku mohon, jangan hukuman itu. Aku belum siap. Tapi, aku juga gak mau meninggal sekarang. Aku punya masa depan, aku mau kuliah di universitas yang aku mau dari dulu. Aku juga gak bisa buat tante berubah pikiran, aku cuma mau tante pikirin lagi. Aku emang salah buat anak tante meninggal, tapi aku gak niat lakuin itu. Aku serius, Tante.

Aku nyerah aja. Aku capek. Aku ngerasa sendirian di dunia ini, gak ada yang bantu aku. Aku gak nyalahin mama, mama sayang banget sama aku. Tapi, mama cuma gak bisa lakuin apa-apa. Om Sean juga udah baik sama aku. Dan mungkin ini emang udah takdirnya aku, makanya gak ada yang bantu aku buat keluar dari masalah ini. Ah, aku bukannya mau lari dari masalah yang aku buat, aku mau nyelesainnya, tapi gak tau caranya. Jadi, aku milih buat bunuh diri aja. Aku benar-benar capek. Aku gak punya semangat lagi buat terus hidup.

Disya, Arden. Kalian udah baik banget mau jadi saudara aku. Makasih, ya. Disya, maafin aku karena nuduh kamu dan lemparin masalah aku ke kamu. Arden, dulu kamu udah nyelamatin aku. Kalo gak ada kamu, aku mungkin gak bisa ngerasain masa-masa kecil aku. Aku bahkan ngerasain sma, meski gak sampai lulus. Aku bahagia banget, sumpah. Aku gak bohong, Den. Aku cuma mau nulis ini aja, semoga kalian baca. Aku harap kalian ngertiin perasaan aku. Aku capek makanya ngelakuin hal buruk ini.

Selamat tinggal semuanya.

Maafin aku, Ma. Aku sayang banget sama mama♡

-Reina Amelia Agustin.

<

Jia yang membacanya sampai akhir, lantas tubuhnya jatuh ke lantai. Tangannya menutup mulutnya tidak percaya. Kedua matanya jatuh tanpa diminta. Sedangkan Sela mengambil tiga lembar kertas itu, ia tidak bisa membacanya secara jelas. Arden menghela napas panjang, ia menangis tanpa suara seraya menarik selimut di lantai untuk menutup seluruh tubuh Reina. Hanya ranjangnya yang acak-acakan. Arden menyimpulkan jika dalam beberapa jam, Reina sangat depresi. Hobi gadis itu mengacak-ngacak kasur saat dalam kondisi hati tidak baik-baik saja.

"Reina ... kenapa kamu ninggalin mama secepat ini? Mama gak rela .... " lirih Jia menangis kencang seraya menutup wajahnya menggunakan telapak tangan kanannya.

Sela membulatkan kedua matanya. Ia sangat terkejut. Begitu juga Disya. Mereka berdua kompak menatap tubuh Reina yang tertutupi oleh selimut. Ambulance pun datang, dan membawa tubuh Reina. Meninggalkan mereka berlima yang diam dengan pikiran yang berbeda. Suasana hening selama lima menit. Hingga Jia pun berdiri dan berjalan mendekati Sela yang mengusap air matanya.

'PLAK!'

"GARA-GARA KAMU, PUTRI SAYA BUNUH DIRI!" bentak Jia setelah menampar keras pipi mulus Sela.

Wanita yang ditampar tersebut, menundukkan kepalanya dengan tangan yang memegang pipinya. Bukan hanya Disya yang terkejut, melainkan Arden juga Haris yang merasa tidak percaya jika Jia melakukan itu. Meski, seharusnya tidak aneh lagi. Lantaran, Jia memiliki sifat pemarah setelah kehilangan suaminya.

Everything is Revealed (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang