05. Ancaman

28 2 0
                                    


Selamat membaca🤗❣️
Semoga suka:)

🖤*****>_<*****🖤

"Kok gak kayak pemilihan osis, ya? Kalo gini, banyak yang liat dong," batinnya lagi.

"Lo ngelamun?" tanya seorang gadis berambut panjang kepada Raka yang langsung menggeleng pelan.

"Nggak. Gue gak ngelamun. Gue cuma lagi mikir aja," jawab Raka membuat teman sekelasnya mengangguk paham.

"Mikirin jawabannya, ya?" tuduhnya.

Raka hanya diam.

"Lo tulis setuju aja," lanjut gadis itu.

Raka mengerutkan keningnya. "Kenapa?" Ia ingin tau.

"Biar dapet uang," katanya seraya terkekeh pelan. Lalu, kembali mengobrol dengan teman dekatnya.

Raka masih mencerna ucapan gadis yang berdiri di sampingnya itu. "Uang?" Dirinya semakin bingung. Tangannya masih memegang kertas berwarna putih polos. Saat ini, dirinya tengah menunggu pena dari murid di hadapannya.

"Nih, cepet tulis. Kelas-kelas lain udah," suruh murid pria yang tidak lain teman sekelasnya.

Raka mengangguk paham. Tanpa berpikir panjang. Dirinya menulis 'tidak setuju'. Setelah itu, ia melipatkan kertasnya dan berjalan untuk memberikannya kepada ketua murid, seperti murid lainnya. Raka kembali berdiri di tempat semula. Netranya dengan fokus melihat ke arah kepala sekolah dan Nadisya.

"Semua kelas sudah menyimpannya di sini. Hasilnya akan diumumkan besok, di tempat ini, dan waktu sekarang," tutur Pak Ham kepada semua murid yang kompak mengiyakan.

"Sekarang, kalian bisa pulang. Besok, pulang seperti biasa. Bapak pamit pergi. Terima kasih sudah kumpul di sini," sambung Pak Ham menampilkan senyum ramahnya.

"Tunggu dulu, Pak." Raka berjalan cepat mendekati Pak Ham yang mengerutkan keningnya.

Nadisya sontak menoleh. Ia merasa familier dengan suara barusan.

"Ada apa?" tanya Pak Ham.

"Saya ingin bertanya sesuatu," pinta Raka melirik sekilas Nadisya yang menatapnya dengan tatapan bingung.

"Silakan."

Kayla terkejut melihat pria yang berdiri di samping Nadisya. Meski membelakangi semua murid, Kayla bisa mengetahui siapa dia. Reina ingin tau kenapa Raka berdiri di sana. Suasana berubah menjadi sangat hening. Seolah-olah ingin mendengar jelas percakapan mereka.

"Kenapa semua murid menginginkan Nadisya untuk dikeluarkan dari sekolah ini?" Pertanyaan itu, membuat semua orang yang berada di lapangan ini, merasa terkejut sekaligus bingung.

"Kenapa kamu menanyakan itu?" Pak Ham malah sama halnya bertanya.

"Karena saya bingung sekaligus ingin tau, Pak," ujar Raka menampilkan raut wajah serius, begitu juga nadanya.

"Bingung? Ingin tau? Kamu pasti pernah mendengarnya," papar Pak Ham merasa heran.

"Dia murid baru di kelas saya, Pak," bisik Bu Linda kepada Pak Ham yang mengangguk-anggukan kepalanya mengerti.

"Pantas saja," ucapnya, "di antara kalian semua. Kenapa tidak mengatakan sedikit saja kepadanya?" Pak Ham menatap semua murid yang terlihat biasa saja tanpa menjawab pertanyaannya.

"Kamu sangat ingin mengetahuinya?" tanya Pak Ham memastikan sekali lagi.

"Ya. Tolong katakan," jujur Raka memohon.

"Katakan terlebih dahulu nama kamu, dan dari kelas mana," suruh Pak Ham yang langsung diangguki oleh Raka.

"Nama saya Raka Arfian Ardiansyah, dari kelas 10-ipa 3." Raut wajahnya ramah, nadanya sopan.

Everything is Revealed (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang