19. Flashback

23 2 0
                                    

Selamat membaca!😘❣️
Semoga suka!🤗

🖤*****>_<*****🖤

"Bagaimana bisa suami Anda meninggal? Apa yang ibu saya lakukan?" tanya Disya sangat ingin tau.

"Kamu yakin ingin mendengarnya?" Jia malah bertanya. Alisnya sedikit mengerut.

"Ya. Tolong ceritakan," pinta Disya setelah mengangguk cepat.

Jia menghembuskan napas panjangnya. Kemudian, memejamkan kedua matanya beberapa detik dan membukanya. "Baiklah jika itu keinginan kamu. Jangan menyesal setelah mengetahuinya."

Disya mengiyakan. Bukan hanya dirinya yang ingin tau, melainkan Arden, Kayla, dan Reina yang sama-sama penasaran. Suasana berubah menjadi hening, Jia pun mulai menceritakan semuanya.

01 Januari 2012

"Pa, kita akan pergi ke mana?" tanya seorang gadis kecil berusia delapan tahun.

"Coba kamu tebak. Kita mau tahun baruaan ke mana?" balas pria yang masih terlihat ketampanannya meski sudah mempunyai seorang anak kelas tiga sekolah dasar.

Reina menyimpan jari telunjuknya di dagunya dengan raut wajah tengah berpikir. Wanita yang tidak lain ibunya itu, hanya bisa tersenyum seraya mengusap penuh kasih sayang puncuk kepala putrinya.

"Restoran? Atau, mall?" tebak Reina menatap ayahnya yang menggeleng cepat.

"Salah. Kita gak akan ke sana, sayang," ujarnya yang mempunyai nama Riki. Ia menoleh satu detik ke arah belakang untuk menatap wajah menggemaskan sang anak.

Reina memanyunkan bibirnya. "Terus ke mana dong, Pa?" tanyanya setelah menghela napas lelah.

Riki terkekeh kecil. Ia tidak tega melihat wajah cemberut Reina. "Kita pergi ke pantai!" sahutnya semangat.

Seketika, kedua mata Reina berbinar. "Kita bermalam di pantai, Pa? Serius? Gak bohong?"

"Serius lah sayang. Itu kan keinginan kamu waktu ulang tahun. Seharusnya papa langsung ngabulin. Jadi, maaf, ya. Kita perginya sekarang, bukan pas hari ulang tahun kamu," jelas Riki masih menampilkan senyum hangatnya.

Reina tersenyum lebar. Hatinya sangat bahagia. Tangannya semakin erat memeluk boneka beruang berukuran setengah tubuhnya. Jia yang melihatnya, lantas mencium gemas pipi Reina.

"Yang di sini iri loh," sindir Riki menatap keluarga kecilnya dari kaca spion.

Jia hanya bisa tersenyum menanggapi sindiran dari suaminya itu. "Gimana kalo gantian aja, Pa? Daritadi, papa terus nyetir. Sekarang, giliran mama aja. Papa pasti capek." Ia mengeluarkan saran dengan nada lembut.

Riki menggeleng cepat. Raut wajahnya terlihat tidak setuju. Lantas, dia berujar, "Nggak. Nggak usah. Udah, mama tidur aja sama Reina. Biar papa yang nyetir sampai pantai. Papa emang capek, tapi liat senyum mama sama Reina, capek papa langsung ilang gitu aja." Diakhir kata-katanya, membuat senyum Jia mengembang.

"Tapi, masih jauh, Pa. Giliran aja, ya?" kekeh Jia merasa khawatir jika suaminya kelelahan dan sakit.

"Mama bandel, ya. Papa udah bilang, nggak usah." Riki merasa gemas ingin mencubit pipi istrinya tersebut. Lantaran, tatapannya sangat lucu, nadanya juga polos.

Sebenarnya, mereka menikah muda di usia sembilan belas tahun. Apalagi, seumuran. Bukan karena melakukan hal buruk, melainkan menghindari hal buruk itu terjadi. Juga, tidak ada unsur keterpaksaan. Rasa cinta lah yang membuat mereka terikat janji sehidup semati. Selama sembilan tahun usia pernikahan, mereka belum pernah bertengkar hebat. Hanya kecil, dan itu pun terselesaikan dalam waktu cepat. Kuncinya hanya saling percaya dan mengerti.

Everything is Revealed (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang