Arthur, playboy cap badak itu mengejar Ayya ke koridor kelas sebelas. Koridor panjang itu nampak sepi sebab siswa-siswi lainnya sudah masuk ke dalam kelasnya masing-masing.
Cowok berseragam acak-acakan itu menarik pelan tangan Ayya dari belakang.
"Apa lagi, sih?" tanya Ayya malas.
"Ini seriusan, lo nggak mau jadi pacar gue?" tanya Arthur balik.
Ayya menaikkan satu alisnya sembari terkekeh pelan meremehkan Arthur.
"Se-ngebet itu lo, sama gue?"
Arthur mengeluarkan sedikit smirk-nya. "Kayaknya gak afdhol ya, kalo semua cewek di sini gak pernah jadi cewek gue."
"Fuck boy aja bangga," gumam Ayya yang masih dapat didengar oleh Arthur.
Arthur menatap Ayya intens, "Kadal betina aja sok keras."
Ketika Ayya baru saja ingin berbicara, suara teriakan melengking di telinganya.
"Heh! Kalian kenapa gak masuk kelas?" tanya Pak Ino, selaku guru BK di Lentera High School.
"Mau bolos, Pak," jawab Arthur santai.
"Bolos, kok, pamit. Bolos ya kabur, dong," kata Pak Ino.
"Ya, gimana ya, Pak. Saya ini, kan, murid budiman di sini, jadi ya ... saya kalo mau kabur harus pamit dulu, dong." Arthur mulai mempermainkan Pak Ino dengan kata-katanya.
Pria setengah paruh baya berkulit putih itu membenarkan kacamata bulatnya yang merosot. Rupanya, ia sudah dibuat bingung oleh Arthur, murid terusuh di LHS.
Ayya melihat jam tangannya, lalu bertanya kepada Arthur. "Thur, ada tempat bolos?"
Arthur mengangguk. "Aman."
Cowok tinggi yang memiliki rahang tegas idaman para gadis itu menunjuk arah belakang Pak Ino menggunakan telunjuknya. "Ada apa itu di belakang, Bapak? Kok, terang banget?"
Sontak Pak Ino dengan polosnya menoleh ke arah belakangnya. "Emang ada apa? Gak ada apa-apa gini, lho."
"Terang banget itu, Pak, kayak masa depan saya!"
Setelah menjawab pertanyaan Pak Ino, dengan cepat Arthur menggandeng tangan Ayya dan mengajak berlari. Tentu saja Arthur sudah mempunyai tempat langganan untuk membolos.
"Arthur ... Awas kamu, ya!"
***
Rooftop. Tempat paling nyaman, tapi tidak terlalu aman.
Duduklah dua orang insan yang berbeda jenis kelamin di tengah-tengah lapisan semen kering rooftop.
Keduanya saling bergeming hingga cowok bersuara bass membuka percakapan.
"Lo doyan ngumpulin cowok?" tanyanya.
Gadis di sampingnya itu mengangguk. "Ya ... Sebelas dua belas lah, kayak lo. Just for fun, true?"
Arthur tertawa pelan memperlihatkan gigi rapihnya. "Bener. Akhirnya, gue dapet cewek yang sepemikiran kayak gue."
"Dih, siapa bilang gue mau jadi cewek, lo?"
Arthur menatap Ayya sekilas, lalu berucap, "Lo pacaran dari kapan?"
"SD," singkat Ayya.
"Bagus juga skill, lo."
Arthur menghela napasnya kasar. "Singkatnya gini, sekali lagi gue tanya. Lo mau gak, jadi pacar gue?"
Ayya, kadal betina berkelas itu menyugar rambutnya ke belakang, kemudian menoleh ke arah Arthur. "Gue mau jadi pacar lo, asal lo bisa ngalahin gue di tantangan yang gue kasih."
"Apa tantangannya?" tanya Arthur.
"Gue sama lo, banyak-banyakan mantan dalam waktu tiga hari. Kalo lo kalah, gue gak mau jadi pacar lo ... Plus lo dapet hukuman dari gue," jelas Ayya.
"Kalo lo yang kalah?" tanya Arthur.
"Gue mau jadi pacar lo."
"Gimana, deal?" sambung Ayya.
Arthur mengangguk mantap. "Deal!"
***
"Arthur ke mana, anjir?" tanya Bigel kepada ketiga temannya.
"Kenapa? Kangen, lo?" tanya balik Tara.
"Palingan lagi ngapel," sahut Biru.
Bigel menatap temannya satu persatu. Tara yang tengah fokus menyalin jawaban Chenno, Biru yang tengah tidur, dan Chenno yang sedang melamun.
"Ini lagi si Chendol. Lo kenapa ngelamun-ngelamun?" tanya Bigel ngegas.
Chenno hanya melirik Bigel tanpa membalas pertanyaannya.
"Ini nih, ciri-ciri orang yang harus diruqyah."
"Yang harus diruqyah itu elo, goblok!" sarkas Tara.
"Tara kasar, ih! Bigel gak suka!" Bigel mengucapkannya dengan bibir yang dimajukan lima senti.
"Gelo! Anak Papa Budi sekarang ngondek!" celetuk Aci, cewek yang duduk di seberang Bigel.
Chenno beranjak dari duduknya, lalu keluar dari kelas.
Kelas XII IPS-3 ini memang sedang jam kosong, maka dari itu, mereka bisa mengobrol santai dan keluar masuk kelas seenaknya.
Chenno, cowok berkulit putih dan bertubuh lumayan tinggi itu menyipitkan matanya kala bertemu dengan gadis yang sudah sekian lama ini mengguncang hatinya.
Tanpa ba-bi-bu, Chenno menghampiri gadis berambut curly itu.
"Al," panggilnya.
"Eh, iya?" balas Alana.
"Gue mau nanya boleh?" kata Chenno.
Tanpa ragu Alana mengangguk. "Boleh."
"Kemarin ... Lo ngapain di area balap? Lo nonton? Sama siapa?" tanya Chenno bertubi-tubi.
"Iya, nonton. Sama temen gue," jawab Alana lugas.
"Temen lo ... Cowok?" tanya Chenno lagi.
"Emangnya kenapa, ya?" Alana mulai risih dengan pertanyaan Chenno.
Gadis berambut coklat itu menatap Chenno yang tengah menatapnya dengan lekat.
"Chen, lo masih ---?" tanya Alana ragu.
"Masih. Jangan minta gue buat ilangin, Al, karena itu susah," sarkas Chenno.
Alana mengangguk pelan.
"Chen, coba cari yang la ---"
"Gue maunya elo."
.
.
.
.
.JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN!
.
.
.
.
.Maaf ya, update-nya lama. Bcs abis sick, butuh isti hh.
Btw, secret-nya Al sm Chenno jgn dibongkar skrg ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT MISSION [END]
Teen Fiction"Lo mau jadi pacar gue yang ke 898 gak, Ay?" "Mau. Tapi lo harus siap, jadi mantan gue yang ke 899." Arthur Adam El-farez. Cowok jangkung berparas tampan itu kerap disapa Arthur. Ia adalah ketua geng motor sekaligus most wanted boy di Lentera High...