PM - Seleksi putus

6.4K 518 34
                                    

HAPPY READING!

.
.
.
.
.

"Gue harus mutusin dari yang mana, ya? Bingung gue." Arthur mengurut keningnya pelan. Ia kebingungan, pada akhirnya ia meminta solusi kepada keempat temannya.

"Dari yang paling lama aja," celetuk Tara.

"Barengan aja, sih, seru," timpal Bigel.

Biru dan Chenno tak menghiraukan mereka. Mereka berdua hanya fokus dengan game online-nya. Just info, di antara mereka berlima, hanya Arthur dan Tara yang bukan gamers.

"Gue chat apa ngomong langsung, ya? Kalo ngomong langsung pasti pada ribet mereka." Cowok itu mengacak rambutnya frustasi.

"Gini amat yang mau pacaran sama Ayya," kata Bigel.

"First time Arthur ngasih effort, nih, buat cewek," sahut Tara.

Bigel mengangkat satu alisnya menyetujui pernyataan Tara.

"Hati-hati cinta mati, lo," ujar Bigel.

"Kalo emang dia yang bisa bikin gue berubah? Kenapa enggak?" balas Arthur.

Cowok berseragam abu-abu putih itu berdiri, lalu berkata, "Duluan. Gue mau mutusin cewek gue satu-satu," pamitnya yang kemudian langsung melenggang pergi.

"Otw insyaf, tuh," ujar Bigel pada Tara.

"Warping, yok?" ajak Tara.

"Gass!" Bigel langsung beranjak dari duduknya.

Mereka berdua meninggalkan Biru dan Chenno yang masih anteng memainkan game online-nya.

***

Ting!

Ting!

Ting!

"Apaan, sih, berisik banget!" kesal Ayya. Ia mematikan ponselnya.

"Siapa emang yang chat? Nge-spam tuh, kayaknya," tanya Alana.

"Biasa, si Zidan. Overprotektif banget, najis," sungut Ayya kesal.

"Putusinlah," kata Alana.

"Gak lama lagi," jawab Ayya.

Alana menggeleng-gelengkan kepalanya melihat Ayya.

"Kantin, Ay!"

"Yok!" Ayya menutup buku dan bulpoinnya, lalu melenggang pergi dari kelas bersama sang sahabat, Alana.

***

Arthur meneliti siswa dan siswi LHS. Ia masih bingung ingin memutuskan hubungannya mulai dari siapa dulu.

Arthur melipat kedua tangannya di bawah dada sambil berpikir. "Hm, Dina apa Bella, ya. Bella cakep, sayang juga kalo diputusin," batinnya berbicara.

"Arthur, lagi ngapain di sini?" tanya seorang cewek yang tiba-tiba datang ke hadapan Arthur.

"Em, nggak ngapa-ngapain," jawab Arthur malas.

"Btw, kita putus, ya? Gue mau tobat soalnya," ujar Arthur diakhiri dengan ringisan tipis.

"Loh, emang kenapa? Ngapain kamu pake tobat segala?" cecar cewek itu.

"Kita udah lama, Nil. Waktunya putus, oke?" jelas Arthur kepada gadis bernama Nila itu.

"Dih, dasar cowok gak jelas!" maki Anila kesal.

"Gak jelas gak jelas gini juga lo suka," cibir Arthur. Setelah Anila pergi dari hadapannya.

"Oke, kurang 887 cewek lagi," gumamnya.

PERFECT MISSION [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang