HAPPY READING!
.
.
.
.
.Hari ini Ayya izin tidak berangkat ke sekolah karena ia pergi ke sekolah Keira untuk membayar uang sekolah Keira yang sudah menunggak selama 2 bulan. Kemarin malam juga ia memberikan Bi Nila gaji meski wanita tua itu tak enak hati menerimanya.
Ayya menghela napas lega ketika keluar dari ruang pembayaran di sekolah Keira. Sangat senang dapat menghidupi adiknya meski sulit mendapatkan uang yang tak seberapa ini. Ia tak lagi mendengarkan Arthur. Karena ia memang harus sering-sering melakukan joki motor agar kebutuhan finansialnya terpenuhi.
Gadis berpakaian casual itu tersenyum ketika sang adik menghampirinya.
"Kak Ayya abis bayar SPP aku, ya?" tanya gadis berseragam merah putih itu.
Ayya mengangguk. "Iya. Kamu belajarnya yang rajin, ya, biar jadi anak pinter," pesannya.
Keira mengangguk mengerti.
"Ya udah, kakak pulang dulu," pamit Ayya.
Gadis kecil itu melambaikan tangannya seraya menyunggingkan senyumnya. "Dadah, Kak Ayya!" Ayya tersenyum, lalu kembali melanjutkan langkahnya yang terhenti.
***
"Ay, lo nggak sekolah?" tanya Alana di seberang telepon.
"Kalo lo mau cariin akses masuk, sih, ya gue mau sekolah," jawab Ayya.
"Sip! Sekarang lo buruan ganti pake seragam olahraga, gue mau ke tembok belakang," titah Alana dengan semangat.
Ayya terkekeh. "Semangat banget yang mau ketemu gue. Kangen ya, lo?"
"Jangan bacot, ya! Buruan!"
Tut.
Alana mematikan sambungan teleponnya.
Ayya terkekeh sebentar, lalu bergegas untuk berganti baju.
Tak butuh waktu lama untuk berdandan, gadis itu menyambar tas ranselnya dan berlari keluar rumah. Ia menitipkan rumahnya kepada Bi Nila. Dan ia menancapkan gas motornya dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia pergi dari rumah besar itu.
***
Di sisi lain, ada Alana yang keluar dari kelas menuju ke lapangan outdoor karena memang siang ini jadwal kelasnya untuk pelajaran olahraga.
Matanya menangkap objek kesayangannya. Ia tersenyum, lalu bergegas menghampiri objek tersebut.
"Hai! Kamu waktunya olahraga juga?"
Chenno mengangguk. "Jamnya diganti. Aslinya nggak sekarang," jelasnya.
Ayya mengangguk mengerti. Kemudian ia mengalihkan pandangannya ke Arthur.
"Thur, lo bantuin gue dong," pinta Alana tanpa basa-basi.
"Bantu apa?" jawab Arthur malas.
"Ayya sekarang ada di tembok belakang. Bantuin dia biar nggak ketauan guru," jelasnya.
"Gue aja!" Bigel menyahutinya, lalu berlari cepat menuju ke tembok belakang.
"Bigel, sini lo!" teriak Arthur sambil berlari mengejar Bigel.
Alana terkekeh melihatnya. "Sok-sokan marah sama Ayya, tapi denger nama Ayya aja langsung seneng," cibirnya kepada Chenno.
"Itu namanya poling in lop, Al," celetuk Aci yang tiba-tiba berjalan menghampirinya.
"Eh, Aci. Lama nih, kita nggak main," kata Alana.
"Elo, sih, sibuk pacaran ama Chenno. Gimana mau main," goda Aci.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT MISSION [END]
Teen Fiction"Lo mau jadi pacar gue yang ke 898 gak, Ay?" "Mau. Tapi lo harus siap, jadi mantan gue yang ke 899." Arthur Adam El-farez. Cowok jangkung berparas tampan itu kerap disapa Arthur. Ia adalah ketua geng motor sekaligus most wanted boy di Lentera High...