PM - Holiday

3.4K 333 176
                                    

HAPPY READING!

.
.
.
.
.

Malam sunyi membawa pikiran Arthur mengingat kenangannya bersama Ayya. Mantan terakhirnya. Kata tidak akan menjadi mantan, ternyata ia ingkari. Benar kata orang, jangan janji ketika senang.

Cowok berkaos oblong berwarna abu-abu itu menggulingkan tubuhnya ke kanan sembari memeluk guling empuknya. Ia mengambil ponselnya yang tergeletak di sampingnya itu, lalu tangannya mulai menari-nari di atas layar ponselnya.

Ayyang


Besok jd ke puncak?

Jd lah, gue uda blg ke tmn²

Oke, kalo gtu gue jg bilang ke yg lain

Ya

Hmm, besok bonceng-boncengan aja, jangan naik motor sendiri²

Dih, mau modus lo

Arthur terkekeh pelan. Ya, salah satu niatnya sudah terbongkar.

Ga gtu, lo tau sendiri kan, gmn jalannya ke puncak

Iya² gue blg ke yg lain
Btw, bsk kumpul di mana?

Markas lo aja, lo share loc skrg

Oke
Share loc

Thx


Arthur mengetikkan sesuatu di grup untuk teman-temannya. Ia memberitahukan apa yang ia beritahu kepada Ayya. Kini, ia sudah siap untuk liburan bersama Ayya dan inti Dangerous Girl. Untuk yang pertama kali dan yang terakhir, mungkin?

Di sisi lain, ada Ayya yang menahan senyumnya sebab Arthur mengirimkan pesan kepadanya. Bilang saja dirinya alay, karena kenyataannya ia memang merindukan sosok Arthur yang kerap mengganggunya.

Tok! Tok! Tok!!

Suara ketukan dari pintu kamar Ayya berbunyi berkali-kali.

"Siapa?" tanya Ayya sedikit berteriak.

"Biru."

"Mau ngapain?" tanya Ayya lagi.

"Buka dulu lah, pintunya!" pinta Biru sedikit kesal.

Gadis itu mendengus kesal. Ia terpaksa beranjak dari rebahannya yang sudah terlanjur nyaman.

Ia membuka pintu kamarnya dan memandang datar Biru.

"Kenapa?"

"Lo udah prepare buat besok?" tanya Biru.

"Emang mau berapa hari sih, di sana? Pake prepare segala," kata Ayya.

"Palingan dua hari."

"Cuma dua hari doang. Ntar gue beres-beres," ujar gadis itu.

"Punya gue sekalian, ya." Biru mengeluarkan senyuman terpaksanya.

"Ogah! Mandiri sono beres-beres sendiri."

"Heh! Gunanya adik apaan? Membantu Abangnya, ini lo belum apa-apa udah durhaka ama gue," terang Biru.

"Sorry, gue bukan pembantu."

Brakk!

Ayya menutup pintunya dengan kencang.

Biru menghela napasnya malas. "Males banget anjing, rapi-rapi segala." Dumelnya di depan kamar Ayya.

"Makanya punya istri, biar ada yang bantuin lo beres-beres!" sahut Ayya dari dalam kamarnya.

PERFECT MISSION [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang