HAPPY READING!
.
.
.
.
.Setelah mengungkapkan sesuatu hal yang sudah lama Ayya pendam, akhirnya ia meninggalkan Biru yang masih ingin menjelaskan sesuatu kepadanya. Gadis itu tidak percaya dengan apa-apa yang Biru katakan. Tak mau ambil pusing, akhirnya ia mengambil Keira, lalu pergi meninggalkan Art Cafe yang sudah tutup.
Di depan Cafe Arthur yang sudah tutup itu Biru berdiri. Pikirannya berputar saat ia mengetahui fakta baru bahwa Ayya adalah sahabat Amanda, kekasihnya dua tahun yang lalu. Kekasihnya yang meninggalkannya sendiri di sini tanpa sebab. Kekasih yang membuatnya tak karu-karuan dan tak lagi percaya dengan wanita. Main wanita malam dan clubbing sebenarnya hanya pengalihannya dari Amanda, bukan dari keinginan dirinya yang sesungguhnya.
"Ru, gak pulang?" tanya Tara yang menghampirinya di trotoar depan Art Cafe.
"Iya, habis ini," jawab Biru lesu.
"Gue balik duluan, ya?" pamit Tara. Biru mengangguk singkat sebagai jawaban.
Tara naik ke atas motornya, kemudian melenggang pergi dari sana meninggalkan Biru yang tengah bergelut dengan pikirannya.
Di sisi lain, ada Ayya yang baru saja masuk ke dalam kamarnya setelah menidurkan Keira di kamarnya.
Ia menjatuhkan tubuhnya di atas kasur empuk itu. Manik matanya melihat atap putih bersih yang bersinar akibat lampu yang terpasang di sana.
Ayya, gadis itu akhirnya menemukan seseorang yang ia cap sebagai pembunuh sang sahabat. Ralat, sahabat yang sudah seperti saudaranya sendiri. Sudah dua tahun lamanya ia mencari, dan akhirnya ketemu. Ia lega, ia ingin balas dendam meski balas dendam itu tidak dapat mengembalikan sahabatnya, Amanda Alexy.
Selama Amanda berpacaran dulu, ia tidak pernah memberitahukan kepada Ayya. Sudah dua tahun lamanya, Amanda dan Biru berpacaran, gadis itu tak kunjung memberitahu Ayya. Entah mengapa, Amanda lebih tidak ingin memberitahukan kepada siapa-siapa kecuali pada Kakaknya, Alexa. Ayya mengetahui nama pacar Amanda setelah sahabatnya itu meninggal. Ia membaca buku diary Amanda setelah gadis itu meninggal.
Ayya memeluk gulingnya dan mulai menggulingkan tubuhnya ke kanan. Matanya perlahan mulai mengantuk dan terpejam.
Amanda, semoga lo hadir di mimpi gue malam ini.
***
Ayya membuka matanya kala sinar matahari dari jendela menusuk kulit wajahnya. Ia bangun dari tidurnya dan keluar dari kamar guna membangunkan Keira.
Meski hari ini hari Minggu, Ayya tak membiasakan Keira bangun siang. Walaupun sekarang sudah pukul 8 pagi, tapi belum masuk siang, kan? Biasanya setiap Minggu pagi ia dan Keira menonton film Disney berdua di rumah untuk mengisi hari liburnya.
"Kak Ayya! Mama dateng!" teriak gadis kecil yang masih memakai piyama bergambar barbie itu.
Ayya terdiam sebentar. Mamanya itu tersenyum dari bawah memandanginya dengan lekat.
"Sini, Ay, mama mau ngomong sama kamu," ucap Kartika seraya mengoleskan selai cokelat ke roti tawar yang akan ia berikan untuk sarapan Keira dan Ayya.
Akhirnya Ayya menghampiri mereka berdua di dapur.
"Sini duduk, Kak," titah Keira sambil menepuk kursi kosong di sampingnya.
Ayya duduk di samping Keira. Ia menatap Kartika yang menyodorkan selapis roti kepadanya. Tumben saja Mamanya itu manis seperti ini.
"Dimakan dulu," kata Kartika.
Keira mengangguk senang. Ia melahap roti yang dibuatkan oleh sang Mama.
"Mau ngomong apa?" tanya Ayya to the point.
Kartika duduk di seberang meja depan Keira dan Ayya.
"Jadi, Mama mau ngajak kalian ke rumah baru mama. Kalian tinggal sama mama aja, ya? Mau, kan?" ajak Kartika diakhiri senyuman yang lebar.
"Mau, Ma!" jawab Keira langsung.
Ayya yang hendak menolak pun tak sanggup ketika melihat wajah kesenangan sang adik. Dengan terpaksa ia harus mengiyakan kata Kartika.
"Ya udah, sekarang kalian mandi dulu, terus rapi-rapi baju," titah Kartika.
"Oke, Ma!" jawab Keira.
Ayya hanya bisa mendengus dan mengekori sang adik dari belakang. Adiknya itu menyeretnya untuk cepat-cepat mandi.
Kartika menatap kedua anaknya dari belakang. Ada perasaan bersalah di dirinya karena meninggalkan anaknya sekian bulan. Ia berharap, dengan mengajak anak-anaknya untuk tinggal bersamanya dapat menebus kesalahannya waktu itu.
Empat puluh menit kemudian ....
"Mah, aku udah siap!" ujar Keira dengan memamerkan koper kecil yang ia bawa.
"Anak mama pinter," balas Kartika seraya mengelus lembut pucuk kepala Keira.
"Udah dibawa semua, Ay?" Kartika mengganti pandangannya ke Ayya.
Gadis itu hanya mengangguk singkat tanpa mengucapkan kata.
"Ya udah, yuk, berangkat," kata Kartika.
"Ayok!"
Keira benar-benar menampilkan wajah bahagianya. Rupanya ia sangat merindukan Kartika.
"Aku naik motor aja. Aku ikutin dari belakang," ucap Ayya. Kartika pun mengangguk setuju.
Ketiga perempuan itu melenggang pergi dari rumah besar yang dahulunya menjadi tempat senang maupun duka keluarga mereka. Kenangan manis maupun pahit ada semua di rumah itu.
Selamat tinggal kenangan lama.
***
Kini Ayya dan Keira sudah berada tepat di depan rumah megah dengan pagar hitam yang menjulang tinggi. Bangunannya yang kokoh seperti rumah kerajaan itu membuat Ayya sedikit tidak percaya jika Kartika membeli rumah ini sendiri. Sedangkan Keira, ia sudah terkagum-kagum dengan rumah barunya.
"Ayo, masuk!" titah Kartika.
Alhasil mereka bertiga masuk ke dalam rumah megah nan indah itu.
"Assalamualaikum!" ujar Kartika.
"Waalaikumsalam," jawab seorang pria setengah paruh baya yang keluar dari dalam rumah itu.
"Mas, ini anak-anak aku."
Deg
Mas? What?
Pria itu tersenyum lebar kepada Ayya dan Keira. "Masuk, Nak." Pria itu mempersilahkan keduanya untuk duduk di sofa ruang tamu.
"Mah, Om-om itu siapa?" tanya Keira dengan wajah polosnya.
"Nanti Mama kasih tau, ya." Keira mengangguk mengerti.
Ayya mendekatkan kepalanya ke telinga Kartika guna membisikkan sesuatu. "Mama nikah lagi?"
Kartika tak menjawab, sampai akhirnya datanglah seorang cowok yang berpawakan tinggi dengan hidung mancungnya yang membuatnya nampak seperti sempurna.
"Sini, Nak. Papa mau kenalin kamu ke saudara barumu," kata Pria itu saat melihat anaknya turun dari tangga.
Ayya masih menunduk. Jujur ia sangat malas dengan situasi yang tak pernah ia inginkan ini.
"Biru, ini Ayya dan Keira, adik tiri kamu. Yang akur ya, sama mereka," jelas Pria itu.
Sontak Ayya mendongakkan kepalanya ketika mendengar kata Biru.
"Elo?!" Ayya langsung berdiri dari duduknya.
Biru menyeringai. "Hai, adik?"
"Yeay! Keira sekarang punya abang!"
.
.
.
.
.JANGAN LUPA VOTE & KOMEN!
.
.
.
.
.SPAM KOMEN!
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT MISSION [END]
Teen Fiction"Lo mau jadi pacar gue yang ke 898 gak, Ay?" "Mau. Tapi lo harus siap, jadi mantan gue yang ke 899." Arthur Adam El-farez. Cowok jangkung berparas tampan itu kerap disapa Arthur. Ia adalah ketua geng motor sekaligus most wanted boy di Lentera High...