PM - Siapa Dalangnya?

3.8K 386 33
                                    

HAPPY READING!

.
.
.
.
.

Di dalam ruang ber-cat putih inilah inti Aroxer, Raihan dan ibu dari Tara berada.

Wanita paruh baya itu tertidur di ranjang rumah sakit dengan tangan yang diinfus.

Arthur memesankan ruang rawat inap VVIP untuk ibu Tara. Sebenarnya, Tara beserta ibunya menolak, karena biayanya yang terlalu mahal. Tetapi, Arthur sama sekali tidak menghiraukan dan mempermasalahkan hal kecil seperti itu. Ia tetap memilih yang terbaik untuk ibu temannya. Tara dan Raihan mengucapkan terima kasih kepada Arthur. Tara membuat kesepakatan dengan Arthur, bahwa ia akan membayar biaya pengobatan ibunya dengan berkerja di Cafe milik Arthur. Ja tidak ingin berhutang terlalu banyak dengan Arthur. Cowok itu pun menyetujuinya.

Setelah menyelesaikan urusan ibu Tara, sekarang inti Aroxer beserta Raihan pergi dari rumah sakit menuju ke SMA Langit untuk mencari bukti bahwa Raihan tidak bersalah.

***

Enam cowok itu sudah sampai di SMA langit. Mereka menaruh motornya di depan gerbang besar itu.

"Kita mulai dari mana?" tanya Bigel. Mereka berenam sudah siap menemukan pelakunya.

Semua nampak berpikir, hingga suara Chenno menginterupsi mereka.

"Di kelas lo ada cctv? Kita liat cctv-nya aja," ujar Chenno.

"Bangga gue sama lo, Chen, pinter banget, dah," jawab Bigel.

"Iya, lah, Chenno kan, bukan lo," cetus Arthur.

Bigel melemparkan lirikan tajamnya kepada Arthur. "Kejam kau, Mas."

"Gak usah banyak drama, deh, langsung aja ke ruang cctv-nya," pungkas Biru.

"Ampun suhu, yuk!" balas Bigel.

Mereka semua akhirnya masuk ke area SMA langit. Sebelum itu, mereka meminta izin terlebih dahulu kepada satpam dan guru Tata Usaha untuk memperlihatkan cctv di kelas Raihan.

Dilayar televisi bagian kelas Raihan itu menunjukkan seorang siswa yang berseragam sama dengan Raihan memasukkan segempok uang dan buntalan keresek hitam ke dalam tas ransel Raihan.

Sontak cowok tinggi berambut rapi itu melongo kaget.

"Itu temen sekelas gue, namanya Radit!" ucap Raihan masih dengan nada terkejutnya.

"Lo deket sama dia?" tanya Tara.

Raihan menggeleng. "Enggak, Kak. Dia anak motor gitu, terus sering bolos juga. Dicap buruk pokoknya," jelasnya.

"Tapi kenapa dia ngelakuin itu ke gue, ya?" sambung Raihan.

"Lo pernah ada masalah kali," celetuk Bigel.

"Boro-boro ada masalah, ngobrol aja kita nggak pernah," jawab Raihan.

Arthur berkacak pinggang seraya menelisik layar monitor.

"Pak, saya minta salinan rekamannya, ya," pinta Arthur sopan. Ia mengeluarkan flashdisk dari tasnya, kemudian ia berikan ke pak satpam.

"Baik, Mas. Ditunggu sebentar," jawab Pak Satpam.

"Kemungkinan, dia cuma jadi perantara aja." Biru bersuara.

Chenno mengangguk setuju. "Setuju. Kalo dipikir secara logika, dia gak bakal ngelakuin hal kayak gitu kalo nggak ada yang nyuruh atau ada permasalahan di antara kalian."

"Lo ada nomor dia nggak?" tanya Tara.

Raihan mengeluarkan ponselnya dari saku celana, lalu mengotak-atiknya. "Bentar, gue cari nomornya di grup kelas," jawabnya.

PERFECT MISSION [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang