WAJIB FOLLOW AKUN INI!
HAPPY READING!
.
.
.
.
.
Setelah mendengar semua masalah Ayya dari bibir Bi Nila, Arthur langsung pamit pulang kepada Ayya. Ia berpura-pura tidak mendengar semua yang mereka ucapkan karena takut Ayya marah dan beranggapan ia tidak menghargai privasinya.Kini Ayya sudah kembali ke sekolah, begitupun dengan Keira. Ayya tidak membiarkan adiknya itu terus-terusan sedih dan berujung tidak mau sekolah. Sejak kemarin sore, adik kecilnya itu terus menanyakan keberadaan orang tuanya. Untung saja, Ayya pandai mengarang, ia bilang, jika kedua orangtuanya mendapatkan tugas untuk bekerja di luar kota selama beberapa bulan, maka dari itu untuk saat ini, papa dan mamanya belum bisa kembali ke rumah. Alhasil Keira percaya dengan segala ucapan sang kakak.
***
"Arthur, gue mau ngomong," ujar Ayya yang tiba-tiba duduk di sampingnya.
Kini Arthur berada di rooftop sendirian. Entah Ayya tahu darimana jika dirinya berada di sini.
"Kok tau, gue di sini?" tanya Arthur seraya menoleh ke gadis berkuncir kuda itu.
"Nebak aja. Habisnya, gue cariin ke Warping nggak ada, ke kantin juga nggak ada. Kalo ke perpus nggak mungkin, kan? Ya berarti lo di sini," jawab Ayya dengan jelas.
Arthur sedikit terkekeh. Selama hampir 3 tahun di LHS dirinya memang tidak pernah menggunakan perpustakaannya.
"Lo mau ngomong apa?" Kini giliran Arthur yang bertanya.
"Gue boleh, ya, kerja di Cafe lo? Gue butuh banget, Thur," ucap Ayya.
"Ngapain? Gue bisa kok, bantu lo, nggak usah pake kerja," balas Arthur.
"Gue tau, lo pasti denger, kan, obrolan gue sama Bi Nila kemaren?"
"Gue nggak mau ngerepotin lo ataupun ngelibatin lo ke masalah gue. Biarin gue kerja, Thur, gue punya Keira dan Bi Nila. Gue harap lo paham," sambung Ayya.
Cowok dengan dua kancing seragam teratasnya terbuka itu, menghela napas beratnya. Bagaimana bisa ia melihat pacarnya bekerja di Cafe miliknya?
"Oke. Lo bisa kerja mulai malam ini. Gue tunggu di Cafe jam 7 malem, biar gue konfirmasiin ke manager-nya," titah Arthur.
Ayya tersenyum senang, ia menampilkan gigi putihnya membuat Arthur sedikit lega melihat sedikit kesenangan yang tercipta untuk Ayya.
Gadis itu memeluk Arthur dari samping. "Makasih, Arthur."
Cowok itu mengulum senyumnya. "Sama-sama."
"Udah makan belum?" tanya Arthur seraya mengelus lembut kepala Ayya yang masih bertengger di lengannya.
Gadis itu menggelengkan kepalanya pelan.
"Ayo, makan!" Arthur langsung berdiri dan menarik Ayya dari duduknya. Akhirnya, dua sejoli pergi dari rooftop dan menuju ke kantin.
Semakin hari, Arthur semakin khawatir dengan keadaan Ayya. Apalagi dirinya sekarang mengetahui apa yang sebenarnya dialami Ayya. Tentu bukan hal yang mudah bagi gadisnya, tapi ia harus tetap membantu Ayya tanpa gadis itu merasa dikasihani.
***
"Enak banget tau, lo nggak mau?" tawar Ayya seraya mengangkat sendoknya yang berisi pentol bakso. Seperti biasa, ia tidak makan nasi, melainkan bakso Mang Deden.
Arthur menggeleng. "Gue udah makan tadi. Lo makan aja yang banyak," jawabnya. Ayya mengangguk seraya mengunyah baksonya.
Ayya meneguk es teh manisnya hingga tandas, lalu mengusap perutnya yang merasa kekenyangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT MISSION [END]
Teen Fiction"Lo mau jadi pacar gue yang ke 898 gak, Ay?" "Mau. Tapi lo harus siap, jadi mantan gue yang ke 899." Arthur Adam El-farez. Cowok jangkung berparas tampan itu kerap disapa Arthur. Ia adalah ketua geng motor sekaligus most wanted boy di Lentera High...