PM - Aroxer & ?

3K 349 39
                                    

HAPPY READING!

.
.
.
.
.

Seluruh anggota Aroxer kini bergeming di dalam markas. Tak ada satupun yang mengeluarkan suara. Setelah pulang dari markas Devil Tribe, Aroxer langsung kembali ke markas guna menenangkan pikiran masing-masing dan berpikir siapa dalang dari pertengkaran mereka dengan Devil Tribe belakangan ini.

Arthur menyugar rambutnya ke belakang. Ia menghela napasnya kasar. Kepalanya terus berpikir siapa seseorang dibalik nomor telepon itu. Cowok itu memegang darah keringnya di sudut bibir. Masih terasa perih. Seluruh anggota Aroxer pun sama. Wajah mereka sama-sama masih penuh dengan lebam. Belum diobati, hanya mereka bilas dengan air kran saja.

Cowok jangkung berjambul tebal itu membuka ponselnya. Ia membuka room chat-nya dengan Ayya. Ia melihat status gadis itu masih online. Sudah hampir jam 12 malam, apa pacarnya belum tidur juga?

Jari-jarinya mulai menari di atas layar ponselnya.

Ayyang


Kenapa belum tidur?

Gak bisa tidur soalnya gak diucapin good night sama ayang

Arthur tersenyum membaca balasan dari Ayya.

Good nigh, Ayya❤️

Pap dulu biar bisa tidur gue

Gak ah, malu. Banyak anak Aroxer di sini

Dih, sok-sokan malu. Cepet gak!

Arthur membuka kameranya, tanpa lama ia mengedepankan kameranya hingga terlihat jelas cetakan senyuman di wajahnya.

Send picture

Udah jelek, makin jelek

Iya-iya, gue jelek

Bye, mau turu!

Anjir! Umpat Arthur dalam hati. Apa-apaan ini? Dirinya ditinggal begitu saja. Oke, tidak apa-apa, yang penting pacarnya bahagia.

Berinteraksi sedikit dengan Ayya membuat mood-nya sedikit membaik meski ia masih tidak bisa lupa dengan dalang di balik nomor tidak dikenal itu.

Di sisi lain, ada Alana yang sudah rapi dengan baju khas-nya yang sering ia pakai tiap malam. Hm, bisa dibilang baju favoritnya.

"Ay, udah selesai belum?" tanya Alana.

"Udah." Ayya keluar dari kamar mandinya dengan baju yang sudah lama tak ia pakai.

"Cantik, kan, gue?" tanyanya.

"Anjay, ber-damage."

Kembali ke Arthur dan Aroxer. Mereka semua masih bergeming sampai akhirnya Bigel mengeluarkan suaranya terlebih dahulu.

"Ngeri, pap-nya malem-malem," cibir Bigel.

"Napa? Iri?" balas Arthur dengan nada sengitnya.

"Kayaknya gue ngomong di waktu yang nggak tepat, ya?" ujarnya seraya menoleh ke kanan lalu ke kiri.

"Serah lo deh," sahut Tara.

Ting!

Suara notif dari ponsel Arthur berbunyi. Tanpa butuh waktu yang lama ia membuka ponselnya dan membaca pesan yang baru masuk.

PERFECT MISSION [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang