PM - Harinya si 'A'

6.1K 567 31
                                    

HAPPY READING!

.
.
.
.
.

Setelah hujan panjang itu selesai, Ayya terpaksa membangunkan adiknya dan mengajaknya untuk pulang ke rumah.

Kini, Ayya sedang menaiki motornya entah ia ingin ke mana. Sejujurnya ia saja tidak tahu ingin ke mana. Pikirannya kalut memikirkan kedua orang tuanya yang seperti itu.

Ayya menancapkan gasnya melewati jalan raya yang ramai pengguna. Sekarang ia tahu hendak ke mana.

Setelah beberapa menit perjalanan, akhirnya Ayya sampai di tempat yang menurutnya bisa mengurangi beban pikirannya.

Gadis berpakaian casual itu memasuki tempat yang ramai dengan berbagai macam orang. Suara dentuman musik mulai memenuhi gendang telinganya. Dilihatnya banyak pria dan wanita berjoget ria dan meneguk minuman haram.

"Wine-nya satu, Mas," ujar Ayya kepada bartender.

"Siap," jawabnya.

Ayya duduk di bangku depan bartender bekerja. Ia mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Kemudian ia tempelkan ke telinga.

"Kenapa?" tanya Ayya malas.

"Di mana, lo?"

"Di luar."

"Nggak mau kasih tau gue?"

"Nggak."

Tut.

Ayya mematikan sambungan teleponnya. Sungguh malam ini ia tidak ingin berbicara dengan siapapun. Ia juga berharap di Club malam ini tidak bertemu dengan siapapun.

"Ini Mbak." Bartender itu menyodorkan segelas wine ke Ayya.

"Makasih," singkat Ayya. Bartender itu mengangguk mengerti.

Ayya meneguk wine itu secara perlahan. Munafik bila ia bilang rasa wine itu enak. Pada nyatanya, saat tetesan air itu mengalir di tenggorokannya, panas yang ia rasakan. Mungkin karena ia belum terbiasa. Ini saja, baru pertama kalinya ia memasukkan sesuatu yang haram ke tubuhnya.

"Hoek." Ayya menaruh kembali gelas wine yang masih tersisa setengah itu. Kemudian ia berlari ke kamar mandi.

Gadis itu mengeluarkan kembali wine-nya ke closet. Setelas puas muntah, Ayya berjalan keluar dari toilet dengan kepala yang pusing.

Matanya memburam kala ada seorang cowok yang menopangnya saat ia hendak terjatuh.

Brukk!

Ayya terjatuh di badan cowok itu.

"Sok-sokan mabok," cibir cowok itu.

Dengan malas ia menggendong tubuh Ayya dan membaringkannya di sofa pojok yang sepi.

Cowok berjaket warna hitam itu mengeluarkan ponselnya dan menelpon seseorang.

"Thur, cewek lo nih, ada di sini," katanya.

"Ayya? Di mana?" tanyanya tergopoh-gopoh.

"Arya's Club."

Tanpa aba-aba Arthur mematikan sambungan teleponnya.

Biru mendengus kesal.

Ya, cowok yang menolong Ayya itu adalah Biru.

Beberapa menit kemudian ....

"Lama, lo," ketus Biru pada Arthur yang baru saja sampai di sana.

"Kok bisa dia sampai mabok kayak gini?" tanya Arthur.

PERFECT MISSION [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang