PM - Setelan pabrik 2

3.5K 376 14
                                    

HAPPY READING!

.
.
.
.
.

"Ayya, tunggu gue!" teriak Alana sembari berlari menuju Ayya.

Sesampainya di depan kelas, barulah Ayya berhenti dan menoleh ke Alana.

"Kenapa?" tanyanya dengan wajah jutek.

"Dih, berantemnya sama siapa, marahnya sama gue," cibir Alana.

Ayya menghela napasnya pelan. "Sorry, kenapa?" tanya Ayya lagi.

"Gue nanti pulangnya nebeng sama lo, ya? Chenno gak bisa nganter gue soalnya," kata Alana.

Kedua gadis itu masuk ke dalam kelasnya, lalu duduk di bangku masing-masing.

"Tumben lo gak bawa motor sendiri," ujar Ayya.

"Ya, biasalah. Chenno minta jemput gue, tapi pulangnya malah gak bisa nganter. Maybe, karena dia masih ngajarin adik kelas," jelas Alana.

Ayya mengangguk mengerti. "Oke."

Tringgg! Tringggg!

Bel masuk kelas telah bunyi.

***

"Ayya!"

Sang pemilik nama pun menoleh ke sumber suara.

Ia berdecih pelan kala melihat siapa seseorang yang memanggilnya itu. Gadis cantik itu melanjutkan langkahnya bersama Alana tanpa memperdulikan teriakan seseorang itu lagi.

"Ayya!" Arthur berlari ke arah Ayya.

"Apa, sih?" tanya Ayya ketus ketika cowok itu berhasil meraih tangannya.

"Dengerin gue dulu," pinta Arthur.

"Apalagi yang harus gue dengerin? Sedangkan gue udah liat sendiri apa yang lo lakuin," jawab Ayya.

Arthur mendudukkan kepalanya. Ya, ia memang bersalah. Namun, ia terlalu gengsi untuk mengakui kesalahan yang ia telah perbuat.

"Oke-oke, gue minta maaf. Gue janji, gue gak bakal main cewek lagi," ucap Arthur dengan nada seriusnya.

"Basi, tau gak!" cecar Ayya.

Ayya menarik lengan Alana menjauh dari Arthur. Ia meninggalkan pacarnya yang tengah menatapnya sendu.

"Lo liat, Ayya. Lo gak bisa pergi dari gue," batin Arthur menahan kesalnya.

"Lo pikir lo itu pemain? Di sini gue yang jadi pemain, Arthur!" batin Ayya menggerutu.

Kedua gadis cantik itu terdiam di parkiran. Mereka menelisik motor sport berwarna hitam yang biasa Ayya bawa. Dan,

"Anjir, gue lupa! Tadi pagi kan, gue bareng sama Arthur!" ujar Ayya dengan kekesalan.

"Allahuakbar, tau gitu dari tadi kita naik taksi aja," balas Alana.

"Ya, gimana, orang gue lupa," ucap Ayya.

"Ya udah, yuk, naik taksi aja," ajak Alana. Ayya pun mengangguk menyetujui.

Alhasil, mereka berdua melanjutkan langkahnya menuju ke depan gerbang sekolah.

Beberapa menit telah usai, akhirnya taksi pun datang dan mereka berdua masuk ke dalam taksi itu.

***

Pagi hari ini di Lentera High School seorang Ayya, siswi pindahan beberapa bulan yang lalu itu menggemparkan seluruh siswa di LHS karena ia menggandeng seorang cowok yang bernotaben sebagai ketua voli.

PERFECT MISSION [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang