PM - Bye

3.5K 347 118
                                    

HAPPY READING!

.
.
.
.
.

Dua minggu telah usai. Semua tugas akhir dan ujian sekolah telah dilaksanakan oleh seluruh siswa Lentera High School.

Kini, lapangan outdoor LHS dipenuhi oleh siswa-siswinya yang tengah bersenang-senang, bersenandung kecil dan bersorak gembira untuk merayakan tamatnya pendidikan mereka di bangku SMA.

"Bigel! Sini kamu!" teriak Pak Aryo, selaku guru piket hari ini di LHS.

"Maaf, Pak! Saya buru-buru!" balas Bigel seraya mempercepat langkah kakinya.

Guru itu berjalan pelan-pelan sebab perutnya yang buncit itu berat membuat langkahnya lambat untuk menangkap Bigel.

"Hosh, hosh ... Iya, tapi sendal saya lepasin dulu!" kata Pak Aryo.

Sontak Bigel memberhentikan langkahnya. Ia melepaskan sendal yang sempat ia curi di depan ruang guru itu, lalu melanjutkan larinya.

Biasanya ia membawa senda sendiri untuk ke toilet, tapi tidak dengan hari ini. Ia menaruh sepatunya di dalam kelas dan mencari sendal untuk menjadi alas kakinya ke toilet.

"Maaf, Pak! Love you, Pak Aryo!"

Pak Aryo mengatur napasnya yang tersengal-sengal, kemudian mengambil sendal jepitnya dan berkata. "Pake sepatunya, Gel!"

"InsyaAllah, Pak!"

Cowok itu mempercepat larinya menuju toilet. Perutnya sudah tidak tahan lagi. 

"Bigel berak lama bet," kata Arthur.

"Eeknya keras kali," jawab Tara.

"Anjing." Biru melengos. Ia malas mendengarkan percakapan yang tidak penting ini.

"Gue ke toilet dulu, deh," pamit Tara.

"Ngapain? Berak juga, lo?" tanya Arthur.

Tara cengengesan. "Mau godain Bigel."

"Gak ada kerjaan," sahut Chenno.

"Emang, sih, Chen."

"Udah deh, gue duluan, yak," sambung Tara yang langsung ngacir ke toilet.

Cowok itu berjalan ke arah belakang sekolah tanpa diketahui siapapun. Ia memanjat tembok yang lumayan tinggi dan akhirnya ia sampai di tempat yang ia tuju. Yaitu, Warping.

"Halo? Apakah di sini ada Nata?" ucap Tara seraya masuk ke dalam Warping.

Gadis cantik berambut panjang dengan pakaian sederhananya itu keluar dari Warping dengan senyuman indah yang ia paparkan kepada Tara.

"Ada," jawab Nata.

Tara tersenyum simpul. Ia menghampiri gadis itu.

"Congrats, ya," ucap Nata.

"Makasih." Senyuman itu masih belum pudar dari bibir Tara.

"Nanti malem mau jalan-jalan?" tawar Tara.

Nata mengangguk cepat. "Mau!"

"Nanti aku jemput di mana?" tanya cowok itu.

"Di depan rumah aja nggak papa," balas Nata.

tara memanyunkan bibirnya sedikit. "Hm, kalo ketauan orang tua kamu emang gak papa?"

"Gak papa dong, nanti sekalian kenalan."

"Kalo sekalian nikah boleh, nggak?"

Sudah dua minggu lamanya mereka telah berpacaran. Pacaran diam-diam tanpa diketahui siapapun. Benar-benar hanya mereka berdua yang tahu. Mereka backstreet karena saat mereka memutuskan untuk berpacaran, Aroxer dan Dangerous Girl masih belum damai. Tara tidak mau jika hubungannya nanti harus dihubung-hubungkan dengan permasalahan kelompok. Tara dan Nata masih mencari waktu untuk memberitahu mereka semua.

***

"Tara mana?" tanya Bigel ketika baru sampai di hadapan teman-temannya.

"Lah, bukannya ke toilet nyamperin, lo?" tanya Arthur balik.

"Nggak ada, tuh," jawab Bigel.

"Cabut ke kelas, yuk, panas," ajak Biru.

"Bentar elah, baju lo semua aja  masih bersih," tolak Bigel.

Bigel menyerobot ke circle sebelah guna meminjam semprot warna, ia mengambil dua botol, satu berwarna merah, dan satunya berwarna biru.

Sreeett!

"Warna biru untuk Biru!" ujar Bigel setelah menyemprotkan smoke bomb warna biru itu ke seragam putih bagian depan milik Biru.

"Merah untuk Chenno." Ia juga menyemprotkan smoke bomb berbentuk huruf X ke seragam depan Chenno.

"Ikutan dong," celetuk seseorang yang tiba-tiba muncul dengan dua orang temannya.

"Boleh," jawab Arthur diakhiri dengan senyuman tipisnya.

"Pinjem dong gue," ucap Ayya sembari mengambil smoke bomb yang Bigel pegang.

Gadis itu mengocok botol smoke bomb-nya dan menyemprotkannya ke depan seragam Arthur membentuk huruf A.

Arthur terkekeh kecil. "A untuk?" tanyanya.

"Untuk Arthur. Sekarang lo semprotin huruf A ke baju gue." Ayya menyerahkan smoke bomb-nya kepada Arthur.

Tanpa babibu Arthur menuruti perkataan Ayya. kemudian ia kembali bertanya. "Kalo A yang ini, untuk siapa?"

"A untuk Ayya."

"Hai, guys!" sapa Tara dengan wajah sumringahnya.

"Abang Tara dari mana, dede Bigel kan jadi kangen." Bigel berucap dengan nada dramatisnya.

"Abis ketemu ayang," jelas Tara.

"Tai ayang, orang ayang lo aja gue," sewot Bigel.

"Maaf, aku masih suka cewek."

"Bacot." Chenno mengambil smoke bomb warna merah dari tangan Bigel dan mengajak Alana untuk saling mencoret-coret baju mereka berdua.

Sedangkan yang lain, mereka juga saling mencoret-coret seragam dengan berbagai macam warna smoke bomb hasil curian Bigel.

Mereka tertawa, saling melempar senyum dan juga berjingkrak-jingkrak ria saat musik dinyalakan dengan volume besar di lapangan outdoor itu.

Arthur merangkul Ayya, dan Ayya merangkul Alana dan mereka saling rangkul-merangkul dengan berdampingan semua.

"Yuk, foto, yuk," ajak Bigel.

Cowok itu mengeluarkan ponsel berlogo apel setengahnya dari saku celana, lalu meminta tolong salah satu siswa di situ untuk memfotokan mereka semua.

"Satu, dua, ti ... ga."

Cekrek!

"Fotoin gue sama Ayya, dong," pinta Arthur sembari menyodorkan ponselnya ke Bigel.

Ia merangkul bahu Ayya, dan gadis itu merangkul pinggang Arthur. Kedua sama-sama menampilkan senyum terbaiknya.

Satu foto itu akan menjadi kenangan mereka kelak.

Masa putih abu-abu sudah selesai. Begitupun dengan hubungan Ayya dan Arthur yang sepertinya tidak bisa kembali bersatu lagi. Yang lalu akan tetap menjadi masa lalu. Kenangan akan selalu berputar ketika kita memikirkan masa lalu. Roda tetap berputar, dan hidup akan terus berlanjut.

Bye SMA, bye semuanya.

.
.
.
.
.

JANGAN LUPA VOTE & KOMEN!

.
.
.
.
.

Sorry kmrn aku gjdi up bcs kmrn sm hari ini aku ada event di skul. Maaf jg part ini dikit bgtt bcs ga mood nulisnya gr² capee. Btw 3 part lagi ending yaa.

Mau 100 vote baru update.

PERFECT MISSION [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang