PM - Mini Party

5.5K 364 28
                                    

HAPPY READING!

.
.
.
.
.

Awan putih menemani langit kuning yang indah pada sore hari ini. Ayya duduk di hamparan rumput-rumput pendek di depan Villa sembari menikmati suasana alam yang tidak ia dapat di Jakarta.

Teman-temannya mungkin sibuk bermain di kamar, tetapi dirinya tidak akan menyia-nyiakan hari yang langka seperti ini. Gadis itu terkadang tersenyum dan menghirup udara segar di sini. Sesekali ia juga teringat Amanda kala liburan seperti ini. Rindu. Tapi apa dayanya sekarang? Mendoakan Amanda adalah cara menyampaikan rindunya yang paling benar.

"Ngapain di sini sendirian?" Seseorang datang dari arah belakang dan langsung duduk di samping Ayya.

Gadis itu menoleh ke sumber suara, lalu kembali menatap bukit tinggi di depannya yang sedikit tertutup kabut.

"Pengen aja," jawab Ayya singkat.

"Lo tau, gue lagi kangen Amanda," ujar Biru.

Ayya tersenyum tipis. "Sama."

"Gue dulu sama dia sering banget jalan-jalan pulang sekolah, beliin dia es krim, seru banget. Lo gak pernah diceritain?"

Ayya mengangguk. "Dia selalu cerita apapun sama gue. Tapi ya gitu, dia gak pernah nyebutin nama lo."

Biru menghela napasnya pelan. Ia menatap awan biru di atas seolah-olah tengah berbicara dengan seseorang di sana.

"Nda, lo bisa liat kan, dari atas sana? Sekarang gue sama Ayya sodaraan. Lo seneng, nggak?" Biru tersenyum simpul.

Sungguh, tersenyum guna menahan tangisan yang hendak turun itu sangat menyakitkan. Bak diiris hati ini, Biru menahan itu semua melalui senyumannya.

"Seneng dong, iya kan, Man?" tanya Ayya pula.

"Sekarang kita cuma bisa doain lo aja, Man, dari sini. Lo bahagia ya, di sana," sambung gadis berambut panjang yang cantik itu.

Semilir angin berhembus kencang. Entah sudah berapa lama mereka merenung dan menikmati suasana di sini. Suara gemuruh dari langit mulai terdengar. Petir pun mulai terlihat. Ayya dan Biru akhirnya kembali ke dalam Villa sebab hujan akan turun.

***

Usai inti DG dan inti Aroxer kecuali Chenno melaksanakan ibadah sholat maghrib, kini mereka semua kumpul di depan Villa yang sudah dialasi dengan karpet tipis berwarna cream. Di sana mereka sudah menyiapkan beberapa bahan dan juga alat untuk barbeque-an.

"Lo bakarnya jangan sampe gosong, Bego!" ucap Tara pada Bigel.

"Ini emang warna dagingnya cokelat, tolol! Bukan gue yang gosongin," balas Bigel tak terima.

Aci menertawakan mereka berdua. "Udah, sama-sama job-nya ngebakar tuh, jan ribut mulu."

"Jangan komen mulu napa lu, Ci. Sini lu gantiin gue, ngebakar. Panas nih, muka gue dari tadi mantengin kompor," cerocos Bigel.

"Ya udah sini." Aci berpindah posisi dengan Bigel. Sekarang cowok itu mengoleskan bumbu ke daging dan bahan-bahan masakan lainnya.

Aci dan Tara yang memanggang, sedangkan yang lain, mereka bagian membuka plastik-plastik dan mengolesi bumbu dan mentega. Semuanya bekerja, karena kata Ayya, 'Yang nggak mau bantuin gak boleh ikut makan'.

"Banyak banget anjir, ini siapa yang mau ngabisin?" ucap Riana.

"Ya, kita semua, lah," sahut Biru.

"Nanti juga habis semua, Na," timpal Ayya.

PERFECT MISSION [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang