HAPPY READING!
.
.
.
.
."Kak Ayya!" teriak gadis kecil yang memakai seragam merah putihnya.
Gadis itu berlari kecil menghampiri Ayya yang baru saja turun dari motornya.
Ayya memapah Arthur berjalan memasuki rumahnya. Tidak lupa Ayya juga membalas sapaan Anara dengan senyuman terbaiknya.
"Kak Ayya, main sama aku, yuk?" ajak Anara sembari memegang telapak tangan Ayya.
"Nggak! Kak Ayya ke sini buat nemenin Abang, buka kamu," sahut Arthur.
"Abang jahat! Bunda ...!" Gadis kecil itu menangis meraung seraya berlari menuju kamar bundanya.
"Jadi nangis, kan, Anara-nya. Lagian siapa juga yang mau nemenin, lo?" ucap Ayya.
Arthur menghembuskan napasnya pelan. "Nara itu kalo udah main, bakalan susah buat berhenti. Yang ada nanti lo gak bisa pulang gara-gara dia."
Setelah menjelaskannya kepada Ayya, Arthur kembali melanjutkan langkahnya pelan-pelan.
"Sini gue bantuin." Ayya kembali menggandeng lengan Arthur.
Di balik itu, ada Arthur yang menahan senyumnya.
"Kamar lo di atas, ya?" tanya Ayya. Arthur mengangguk sebagai jawaban.
"Terus naiknya gimana? Emang kaki lo kuat, buat naik ke atas?" tanya Ayya lagi.
"Cie, perhatian sama gue." Arthur mengeluarkan senyum sumringahnya yang sedari tadi ia tahan.
Ayya mencebikkan bibirnya. "Dih, gue pulang, nih," ancam Ayya.
Arthur dan Ayya duduk di sofa ruang keluarga. Keduanya bergeming hingga suara dari arah belakang menginterupsi mereka.
"Bang Arthur udah Nara aduin ke Bunda. Kata Bunda, abis ini Bang Arthur mau dimasukin lagi ke dalem perut." Gadis kecil itu mengucapkannya dengan nada kesal. Ia juga sesekali melebarkan matanya kepada sang kakak.
Ayya menahan tawanya. "Emang, Abang kamu muat, dimasukin ke dalem perut lagi?" tanya Ayya kepada Anara.
Anara menggeleng dengan wajah sinisnya. "Nggak tau. Kalo gak bisa dimasukin lagi, besok Anara aduin ke Ayah. Besok Ayah pulang, pasti Abang dimarahin!" Gadis berseragam merah putih berlari ke dalam rumah meninggalkan mereka berdua.
"Adik gue freak banget, ya?" kata Arthur.
"Masih freak, kan, lo tapi."
Sontak Arthur menoleh ke Ayya. "Tapi ganteng, kan?" Cowok itu menaik-turunkan alisnya menggoda Ayya.
"Iya," gumam Ayya pelan.
"Apa-apa? Nggak denger?" Arthur semakin gencar menggoda gadis yang sudah resmi menjadi pacarnya itu.
"Apa, sih!"
Arthur mengatur napasnya selepas lega tertawa. Ia kembali menatap Ayya dan berkata, "Ay, nanti kalo kaki udah sembuh, kita first date, yuk?" ajaknya.
"Gak usah sok romantis, gue tau, lo orangnya gak kayak gitu," balas Ayya.
"Sok tau banget. Biar pernah, Ay. Gue seumur-umur belum pernah dating," jelasnya.
"Hilih. Cewek lo banyak, mana mungkin gak pernah dating." Ayya mencibir pacarnya.
"Beneran, Ay. Gue gak pernah dating."
"Iyain aja, deh."
***
Markas Aroxer
19.00 WIB
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT MISSION [END]
Teen Fiction"Lo mau jadi pacar gue yang ke 898 gak, Ay?" "Mau. Tapi lo harus siap, jadi mantan gue yang ke 899." Arthur Adam El-farez. Cowok jangkung berparas tampan itu kerap disapa Arthur. Ia adalah ketua geng motor sekaligus most wanted boy di Lentera High...