Diceritakan semesta pada derai ombak dini hari, yang dikelilingi desir angin bersaut merasuk ke dalam hati.
Adalah aku, sosok yang menyimpan rasa terdalamnya kepada nyonya yang jauh di sana. Yang mungkin sedang menjalin ikatan dengan lain sosok di luar tempatnya. "Dia milikmu", bisik semesta kepada angin. "Kau harus sabar menunggu", ucap ombak kepada pantai. Pantai pun menepuk-nepuk tanganku dengan pasir putihnya yang halus.
"Aku telah menyerahkan perasaanku kepada Tuhan dan membiarkan Tuhan yang mengaturnya, segala pilu dan sendu yang mungkin akan mendatangiku sudah kusediakan tempat duduk untuk nyaman bertamu. Sementara 'sempurna' kubiarkan terbang mendatangi purnama untuk membebaskan khayalku yang sering keterlaluan." Jawabku.
Waktu itu, aku sedang senyaman-nyamannya berbicara dengan semesta, tanpa harus meneteskan air mata, tanpa harus merasakan sesak di dalam dada. Dengan segala keanehan yang mungkin orang-orang lain tak duga, aku juga harus menggadaikan warasku hanya untuk melenyapkan bayanganmu dari pikiranku.
Tidak, waktu itu, aku benar-benar menjadi udara, bebas sebebas-bebasnya dari kekangan rasa yang masih melekat tak bertuan dan tak bernyawa.

KAMU SEDANG MEMBACA
PULAU PUISI
PoesieMasuk ke dalam puisiku, sebetulnya salah kamar. Tak perlu buru-buru keluar, kau tersesat di tempat yang benar. Kumpulan puisi-puisi yang kutulis 2 tahun yang lalu hingga sekarang. Akan update waktu suka-suka.