Seseorang Sepertiku

74 10 0
                                    

Kenapa semua perlahan menjauh?
Arakan awan bukan lagi sesuatu yang menyentuh.
Tidak ada lagi pelangi yang kutunggu setiap hujan berhenti menyapu jalan.
Malam kian lengang.
Dan aku semakin tidak tahu pula harus kemana menuju.
Tidak ada kata pulang, bagi seseorang sepertiku.

Dunia bertambah asing ketika kuhitung.
Satu per satu ketidaksiapanku menghadapi kenyataan.
Mereka yang pernah mengajari tentang rasa peduli.
Ternyata berakhir sebagai yang paling melukai.
Meninggalkan pikiran yang membunuh perlahan.

Apa aku selalu tidak cukup?
Namun kau yang takkan pernah redup.
Apa aku tidak pantas dipedulikan?
Namun kau yang pantas abadi dalam ingatan.
Harapan sudah bukan lagi seorang teman.
Ia memenuhi dadaku dengan sesuatu yang tidak pernah terwujudkan.

Aku bungkam.
Aku tenggelam.
Sisa-sisa penantian tinggal kerangka di ujung do'a.
Rasanya tidak ada 'aamiin' yang mampu menyelamatkannya.
Mengucap kata andai pun seperti menggali luka sendiri.
Perasaan sepi yang menumpuk menambah perih.
Membuat kian sadar betapa aku tidak berarti.

Izinkan aku berbicara, nyonya.
Dalam ruang peduli yang kian terasa hampa.
Dengan nada suara yang melantunkan sapa.
Atau kata-kata yang takkan dimengerti oleh siapa pun kecuali kita.

Dengar:
Aksaraku mungkin takkan seindah yang kau mau.
Suaraku mungkin terlalu lemah untuk menyentuh palung hatimu.
Jemariku mungkin terlalu payah untuk menopang apa yang kini membebanimu.
Tapi percayalah, aku tetap mendengarkanmu.

Aku tahu luka-luka di permukaan hatimu.
Aku tahu jerit angkara yang tak mampu kau kemukakan itu.
Aku tahu derita-derita yang tengah memporak-porandakan jiwamu.
Tapi percayalah, aku tetap mendengarkanmu.

Silahkan menangis sepuasnya.
Apakah dunia akan sudi bertanya?
Silahkan meringis semaunya.
Apakah aku harus melepas nyawa?
Bersenandung pilu menangis sejuta tanya.
Tentang dirimu yang nyaris selalu dipermainkan rasa.
Kuharap kau akan mengerti saat dirimu terasa tidak berguna.

"Kau tidak berbeda;
Kau bahkan tidak merasa.
Kau istimewa;
Tapi kau dipenuhi kecewa.
Berhentilah memvonis dirimu tidak berguna.
Sebab mustahil Tuhan menciptakan manusia secara sia-sia."

"Mengapa tak kau biarkan saja aku untuk hilang?
Sebab aku tahu cara menuntunmu pulang.
Mengapa kau rela berjuang bila lukamu sendiri masih meradang?
Dunia butuh kau yang periang.
Jangan bakar dirimu hanya karna aku butuh terang.
Aku terlahir untuk menjadi bintang.
Aku terang, dan kau akan menjadi arang.
Dengan begitu, ruhku akan tenang."

Aku hanya lelah untuk berdarah lagi.
Mari kita rebah untuk sejenak memaknai.
Aku hanya jengah untuk dikecewakan lagi.
Jangan menyerah, mari kita coba kembali.
Lebih baik aku pasrah;
Itulah jawaban terindah.
Dan biarkan Tuhan yang memapah;
Untuk merekatkan apa yang telah patah.
Sebab, hanya Dia sebaik-baiknya rumah.

Kau adalah salah satu warna langit yang begitu berarti.
Yang ikut memberi pesona dikala hujan dan badai pergi.
Maka janganlah lagi kau berpikir untuk menyerah membinasakan diri.
Sebab jika kau pergi;
Senja dan pelangi takkan pernah seindah ini.

Tataplah mentari dan tetaplah menari.
Jangan kau berhenti untuk menyinari.
Luka-luka; biarkanlah bosan sendiri.
Sekarang aku benar-benar telah mengerti.
Teruslah berkarya tanpa perlu terlilit memori.
Bahwa sebagai alumni patah hati.
Sebab hari ini dan esok hari;
Kita berhak untuk bahagia kembali.

PULAU PUISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang