RASA DALAM PROSA

118 15 0
                                        

Aku tidak pernah berpikir untuk mengenalmu sejauh ini.
Sesuatu telah membawaku kesini;
kedalam keadaan ini.
Kau membuka pintu hati dengan senang hati,
untukku yang selalu saja tidak pernah mampu untuk sadar diri.

Ilusi?
Lagi?

Tuhan membuat kita kembali belajar tersipu pada sebuah temu.
Lidah kita kelu;
Pikiran kita buntu;
Aksara kita baku dengan hati yang saling berseru-seru.
Sungguh;
Mengeja rasa yang tertuju padamu,
aku betul-betul dibuat mampu melambaikan tangan pada masa lalu.

Hati kita menjerit ingin bersatu,
namun kita selalu berkilah membutuhkan waktu.
Mengapa begitu?
Mengapa seperti itu?
Mengapa cinta harus menunggu waktu ketika kita mampu berusaha menciptakan itu?

Kita terlalu nyaman tersekat rindu.
Kita jadi tak tentu;
Hubungan ini seakan-akan buntu tapi aku betul-betul tahu ke mana kehangatan ini akan menuju.

Ya, aku tahu:
Deras kasihmu selalu bisa membuat rinduku kuyup.
Tulus pedulimu selalu pandai membuat aksaraku gugup.
Teduh senyumanmu pernah menjadi alasanku kehilangan degup.
Tapi aku juga tahu bahwa "aku mencintaimu" saja tak akan pernah cukup.

Beri aku pena,
dan jadilah cerita bahagia dalam puisi-puisi yang kucipta.
Beri aku percaya,
dan bergabunglah dengan namaku dalam satu halaman utama.

Percayalah.
Aku tidak pernah tahu apa itu kebahagiaan;
Aku tidak pernah mengerti apa itu ketulusan;
Aku tidak bisa menjanjikan atau pun pandai dalam membuktikan;
Tapi, bila kau bersedia berjalan bersamaku dalam setiap keadaan,
akan kupastikan, genggamku takkan membuatmu berjuang sendirian.

Untuk Pekanbaru dan waktu yang terlewat.
Untuk jarak dan rasa yang menyengat.
Untuk kita, kata dan kota yang menyekat.
Kuharap aku betul-betul telah memiliki tempat:

Di hati dan waktu yang sangat tepat.

PULAU PUISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang