Garis jingga lembayung senja telah melahirkan malam.
Kau terduduk dalam lingkaran dan tetap diam terabai bungkam.
Sulit terpejam;
Jiwa mengelam;
Memori semakin kuat tertanam;
Dan kau semakin sekarat jauh tenggelam.Kau kehilangan koneksi lagi.
Kau tidak lagi terhubung sama sekali.
Kau memang di sini;
Tapi kau masih bertanya-tanya mana yang asli.Aku benci kalimatku benar.
Tapi lihatlah betapa hatimu berulang kali terbakar tanpa pernah sekali pun terkabar.
Kau tersenyum dengan nalar yang terbuar;
Tatapan yang samar;
Keberadaan yang memudar;
Namun apa yang kau rasakan semakin liar dan semakin jelas tergambar.Kau berpikir anihilasi akan membuat kegilaan ini berhenti?
Kau melihat setiap jiwa terinfeksi dan kau mengira keyakinanmu sendiri tidak termodifikasi?
Lihat aku dan jawab: apa yang akhirnya kau percayai?
Cinta atau benci?Aku tidak tahu mana yang paling menyakitkan antara sekuat mungkin bertahan atau seikhlas mungkin melepaskan.
Kita telah menyelami kedalaman lalu terombang-ambing di permukaan.
Kita telah terbang membelah awan lalu terhempas dengan kepingan-kepingan hati yang terpatahkan.
Namun hal-hal yang kita pikir jawaban justru selalu menghasilkan lain pertanyaan.
Bahkan kita diam tanpa jawaban saat hati bertanya apakah mati rasa adalah sebuah perasaan atau kematian.Akhirnya kau duduk berduka dan membiarkan dirimu sebatang kara;
Menutup mulut dengan linangan air mata karena merasa terlalu banyak bicara.
"Aku siapa?"
"Aku di mana?"
"Aku harus ke mana?"
Kau kembali bertanya dan terus bertanya berharap hujan jatuh kemudian menangis bersama-sama.Depresi menyetubuhimu.
Selamat, kau mengandung jiwa baru.

KAMU SEDANG MEMBACA
PULAU PUISI
PuisiMasuk ke dalam puisiku, sebetulnya salah kamar. Tak perlu buru-buru keluar, kau tersesat di tempat yang benar. Kumpulan puisi-puisi yang kutulis 2 tahun yang lalu hingga sekarang. Akan update waktu suka-suka.