Adalah aku, Juli:
yang memiliki berjuta impian,
yang pernah menjadi yang paling diinginkan pulang.
Rembulan pun kalah dalam menyinari luasnya lautan.Namun engkau, Juli.
Bulan kejadian,
yang mampu membuat senja dan hujan pun jadian.Adalah aku, Juli.
Rintiknya yang jatuh membentur bumi.
Setelah engkau memilih pergi.
Atau seperti dedaunan yang rapuh.
Terhempas jauh;
Jauh;
Dan jauh;
Lalu terbunuh.Maka tepatlah engkau kupanggil bulan kejadian, Juli.
Dimana keadaan dan segala perasaan:
Berpadu;
Bersatu;
Sejalan bersamanya waktu.
Menjadi satu bagian dari hidupku yang pada ujungnya kau menuntutku membuka jalan penerimaan untuk meninggalkan maupun apa yang telah ditinggalkan.Begitulah aku, Juli.
Menyuguhkanku segala kejadian;
Kau berikan aku kebahagiaan, di mana pada waktu yang sama mendatangkanku kesakitan.
Kau perlihatkan aku keindahan, di mana pada tatapan yang sama melukiskanku kehancuran.
Kau menghadirkanku yang baru, di mana pada waktu yang sama pula kau juga menghilangkan yang lama dari nyamannya dekapan.Juli.
Bulan kejadian tragedi dan ironi.
Lahirnya aku dan hati.
Berharap menjadi bintangnya yang selalu menyinari.
KAMU SEDANG MEMBACA
PULAU PUISI
PoesíaMasuk ke dalam puisiku, sebetulnya salah kamar. Tak perlu buru-buru keluar, kau tersesat di tempat yang benar. Kumpulan puisi-puisi yang kutulis 2 tahun yang lalu hingga sekarang. Akan update waktu suka-suka.