• 𝐑𝐚𝐬𝐚 𝐚𝐧𝐞𝐡

2.7K 117 1
                                    

HALLO GUYS

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YA, TERIMAKASIH:)

HAPPY READING
_________________

Lavio melangkahkan kaki nya di halaman rumah Rayn yang terlihat sangat sepi, bagaimana tidak. Disini tidak ada anak kecil sama sekali, Rayn lebih memilih tidak ingin menikah di usia nya yang terbilang masih muda. laki-laki itu masih ingin fokus pada pekerjaannya dan tak ingin suatu saat nanti kelak anak dan istri nya ikut terseret dalam kegiatannya. Entahlah, menurutnya terlalu mudah mendapatkan seorang istri dengan modal ketampanan nya.

Tangan Lavio memegang gagang pintu lalu mendorongnya, terlihat dari arah luar Rayn tengah duduk dengan satu kaki di naikkan di atas paha nya dan kedua tangan yang memegang sebuah koran. Lavio melangkah masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, ia sudah biasa melakukan itu.

"Ada apa sayang?" tanya Rayn tanpa menoleh karena merasakan Lavio mulai mendekat ke arahnya. Lavio sudah tidak heran, om nya itu memang memiliki insting yang kuat

"Gimana kabarnya om?" Tanya Lavio mendudukan bokongnya di sofa Rayn

"Menurutmu?"

"Axel berharap tidak, tapi kaya nya Axel salah duga. om keliatan baik-baik saja" ujar Lavio bergurau

Rayn tidak merasa sakit hati atau tersinggung sama sekali, ia dan Lavio memang sering bergurau seperti itu untuk membuat keduanya semakin akrab

Rayn terkekeh, ia menurunkan korannya lalu menatap lavio dengan dahi berkerut

"Kamu tidak sekolah gadis jelek?" tanya Rayn melipat kedua tangannya di depan dada

Lavio menyandarkan punggunya "justru karena Axel jelek, Axel pilih ga sekolah karna takut di bully" balas Lavio santai

"Bukankah kamu kebal akan hal itu?"

"Sangat amat kebal, sampai rasanya Axel ingin menembakkan beberapa peluru ke mulut orang-orang itu"

Rayn kembali terkekeh "ingin.." gumamnya. "hanya omong kosong kah?"

"Om!" gadis itu menegakkan tubuhnya menatap Rayn kesal. "belum saat nya, om liat saja nanti"

Rayn menyeruput kopi di meja "baiklah, om tunggu siaran langsung itu" lalu meletakkannya kembali. "Jadi?" Lanjutnya

Lavio merubah posisinya dan merubah raut wajahnya menjadi serius "Axel mau minta izin sama om"

"Apa itu, hm?"

"Axel mau ke mansion daddy"

Rayn yang mendengar penuturan Lavio itu hanya bersikap santai.

"Mendadak sekali" ujar Rayn

"Udah lama Axel ga kesana, pasti daddy kangen Axel" Lavio tampak berfikir. "kaya nya.. daddy lebih kangen Axel dari pada om"

Rayn melebarkan matanya, jelas dirinya lah yang sangat merindukan gadis itu. bukan pria yang sok pintar yang di maksud Daddy oleh Lavio

"Jelas om yang lebih merindukanmu"

"Yayaya, terserah om" Lavio bermain ponsel di tangannya. "So?"

"Berapa lama?"

"Sampe Axel udah bosen liat muka daddy"

"Kapan kamu bosen melihat tampang daddy mu itu Axel?" tanya rayn tak habis pikir dengan penuturan gadis itu

"tidak akan pernah" Lavio terkekeh

Rayn terdiam, pria itu hanyut dalam tawa gadis yang ada di depannya. tawa yang sudah lama tidak ia lihat dan ia dengar, tawa yang jarang sekali gadis itu perlihatkan.

𝐀𝐗𝐄𝐋 ( 𝐄𝐍𝐃 ✓ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang