Hari demi hari telah lavio lewati, bahkan mengingat 2 bulan lagi adalah hari ulang tahun nya. Itu artinya, usianya akan menginjak 18 tahun, dan itu artinya hampir 2 tahun lebih ia tidak bertemu dengan Leo.
Gadis itu tidak tahu garis takdir apa yang Tuhan tuliskan untuknya, yang jelas ia tidak ingin abangnya itu pergi meninggalkannya.
Semenjak beberapa hari lalu yunji bersikap baik padanya, disitu pula sikap citra berubah drastis padanya. Gadis itu begitu posesif tidak mengizinkannya berdekatan lagi dengan yunji, bertatapan saja tidak boleh.
Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan aneh yang muncul di otak nya, terkadang ia berfikir ada apa dengan citra? Apa yang merubah gadis itu? Setiap berada di sekolah, gadis itu selalu ingin bersama nya. Hanya dia, tidak boleh ada yang lain. Ia pun sekarang jarang melihat zella, bukan jarang tapi tidak lagi melihat. Kemana sebenarnya mereka pergi.
Tok,,tok!
Tok,,tok!
Pintu di ketuk beberapa kali, lavio yang berada di balkon kamarnya menoleh.
"Siapa?!" Teriak nya
"Gue, Deo" jawab laki-laki di balik pintu itu. "Boleh gue masuk?"
"Masuk aja!"
Cklek!
Pintu terbuka, laki-laki masuk dengan santainya lalu kembali menutup pintu kamar lavio. Deo menghampiri gadis itu sedangkan lavio sudah menatap kedatangan Deo sedari tadi.
"Kenapa, sa?" Tanya lavio saat Deo sudah berada di hadapannya.
"Ada cakrawala di bawah, mau ajak lo pergi katanya" jawab Deo.
"Pergi kemana?"
Deo mengangkat bahunya tidak tahu, tangannya berpegang pada pembatas balkon. "Lo nggak lupa hari ini kan, xel?"
"Mau nya sih gitu, tapi gue tipe orang yang mudah inget" jawab lavio, matanya menatap ke arah langit. Menggambarkan sosok leo yang tengah berada di negara orang sana.
"Lo masih nggak suka sama perayaan ulang tahun?"
"Sampai kapanpun gue nggak akan pernah suka" ujar lavio. "Kecuali di hari itu bang Leo berdiri tegak di hadapan gue" lanjutnya.
"Gue tau apa yang lo fikirin sekarang, xel" ujar Deo menoleh pada sang adik.
Tidak bisa di pungkiri gadis cantik nan manis di hadapannya ini telah menginjak remaja, itu artinya dirinya telah mengenal gadis itu sudah beberapa tahun lama nya. Begitu bahagia nya saat ia mengetahui memiliki seorang adik perempuan, dan saat itu juga keduanya masih berumur sangat kecil. walaupun tidak kandung, tapi ia sudah berjanji akan selalu melindungi dan menjaga lavio.
"Nggak ada kabar dari Daddy, sa?" Tanya lavio pada Deo, awalnya Deo terdiam beberapa detik kemudian menggeleng.
"Bang leo lagi ngapain ya, sa?" Tanya lavio tanpa menoleh ke arah deo. "Pasti abang lagi tidur. Pengen deh sa ngeliat abang buka mata terus senyum ke gue. Pasti rasanya damai banget, dan saat itu juga pasti bakal jadi hari yang paling bahagia buat gue.
"Xel.."
"Kangen, sa. Kangen banget" gadis itu menunduk.
Grep!
Tes!
Dengan gerakan tiba-tiba, Deo langsung memeluk tubuh lavio. Disaat yang bersamaan, lavio pun meneteskan air mata yang sedari tadi ia bendung ketika ia berbicara tentang abangnya. Tangan Deo mengusap-usap rambut belakang lavio berusaha menenangkan, biarlah jaket yang ia kenakan basah karna air mata gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐗𝐄𝐋 ( 𝐄𝐍𝐃 ✓ )
Acción[JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM MEMBACA] ~𝕸𝖊 𝖓𝖔𝖙 𝖒𝖊~ Lavio, gadis yang memiliki paras nan manis serta tawa yang selalu gadis itu berikan untuk orang lain. Namun siapa sangka di balik itu semua, dirinya adalah sosok seorang yang rapuh, tawa dan se...