"Gimana kamarnya?" tanya Dara. Dia bersama Bumi dan Angkasa kini sedang berada di dalam sebuah kamar yang berada di lantai satu rumahnya. Bumi dan Angkasa akan tinggal satu atap bersama Dara. Kamar tersebut merupakan salah satu dari tiga kamar tamu yang ada.
Tadinya Bumi dan Angkasa akan ditempatkan di kamar bekas Pak Rudi, berhubung beliau akan kembali jadilah rencana itu tidak jadi. Lagi pula, penempatan mereka di kamar tamu akan jauh lebih efisien. Mereka bisa mendengar teriakan Dara dengan jelas jika terjadi sesuatu dan mengamati siapa saja yang berlalu lalang di rumah itu.
"Sangat-sangat lebih dari cukup. Ini pertama kalinya kita dapat kamar yang bahkan lebih bagus dari kamar kita di rumah," jawab Bumi begitu semangat.
"Biasanya kita tinggal di bangunan terpisah. Udah gitu cuma ada kasur tipis yang ditaruh di lantai," imbuh Angkasa.
"Liat ini. Dua kasur empuk, AC, TV, dan perabotan lain. Udah gitu kamarnya luas pula. Ini sebenarnya kita lagi tugas apa nginep di hotel?" gurau Bumi.
"Jangan berlebihan gitu. Nggak cuma kalian, semua yang kerja di sini juga dapat perlakuan sama," ujar Dara.
"Pantes kalau Dewa secinta itu sama lo, Ra. Cantik, mandiri, baik lagi." Angkasa memuji, memberikan satu jempolnya.
"Belum juga kenal sehari udah muji segitunya," ketus Dara bercanda. Bumi dan Angkasa tertawa lirih sama-sama menggaruk tengkuk. Mungkin karena kembar, mereka kerap kali melakukan gerakan yang sama dengan tempo yang sama pula.
"Kalian siap-siap. Pakai pakaian biasa. Tugas pertama kalian kawal gue buat ketemu sahabat di cafe dekat sini. Gue bakal kenalin kalian ke mereka."
"Siap, Nona Adara. Perintah segera dilaksanakan!" jawab mereka kompak.
***
Bukan di Markas prajurit, kali ini Dewa secara langsung datang ke rumah Ramos. Pagi-pagi sekali dia sudah datang dengan masih mengenakan pakaian biasa. Niatnya semakin bulat setelah semalam mendengar banyaknya keluhan yang keluar dari bibir gadisnya. Dewa tidak mau Dara kambuh kembali jika dia menunda semakin lama.
"Kamu sudah datang sepagi ini, tapi sayang sekali, Selina sedang menginap di rumah sahabatnya." Ramos datang, menyapa Dewa yang sudah duduk selama lima belas menit menunggunya.
"Saya bukan mau bertemu Selina," sanggah Dewa.
"Lalu?"
"Saya mau menyampaikan sesuatu yang tertunda kemarin."
Ramos duduk bersebrangan dengan Dewa. Kopi miliknya datang, diantarkan oleh seorang maid. "Katakan," ucapnya memberi perintah.
"Sebelumnya Dewa mau minta maaf sama, Om Ramos. Ini berhubungan dengan pertunangan Dewa dengan selina."
"Sebenarnya Dewa tidak pernah menyetujui pertunangan itu. Ayah yang memaksa. Dewa juga tidak pernah dan tidak akan pernah mencintai Selina karena cinta Dewa sudah jadi milik wanita lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
ADARADEWA2 [END]
Teen FictionNiat pergi untuk kembali menjadi pribadi yang lebih baik sepertinya tidak akan berjalan dengan mudah. Adara dibuat kaget saat mengetahui Radewa sang mantan kekasih akan melangsungkan pertunangan belum genap sehari sesampainya dia di Indonesia. Cint...