Aku memang bodoh karena terus bertahan dengan rasa sakit.
*
*
*
Adara Mesha BatariSemilir angin malam menyusup masuk membuat merinding tubuh yang hanya dibungkus kaos putih tipis dan celana kain hitam panjang. Dewa sedang duduk di kursi taman sembari bercengkrama dengan Dara dari sebrang telepon. Tawa hadir diantara suara jangkrik dan beberapa serangga malam yang beterbangan.
Mereka berdua sudah satu jam lamanya saling bertukar cerita singkat tentang apa yang terjadi hari ini. Sudah menjadi hal rutin untuk mereka. Jika tidak sempat terhubung dengan panggilan telepon, maka mereka akan bertukar pesan panjang. Saling membalas dengan jarak waktu yang seringkali jauh. Dara mengirim sore hari lalu Dewa membalas tengah malam. Atau terkadang, Dewa mengirim jam tiga pagi lalu Dara membalas jam sembilan pagi. Selagi pesan itu diterima lalu dibalas, mereka tidak masalah akan hal itu.
"Sayang, ada yang mau aku omongin," ucap Dewa. Dia sedikit menimbang-nimbang dengan apa yang akan dikatakan. Sedari tadi dia memilih waktu yang tepat. Karena Dara sudah tidak berbicara mengenai harinya, jadi mungkin inilah saatnya.
"Mau ngomong apa?"
"Hmmm, aku mau ngajak kamu ke pantai besok sore. Mau nggak?"
"Tiba-tiba banget. Emang nggak tugas?"
"Nggak tiba-tiba. Orang aku udah pikirin ini dari jauh-jauh hari. Yang jelas nggak ada tugas lah. Mau nggak? Mau ya?"
"Kalo aku nggak mau kamu marah nggak?"
"Marah. Aku bakal datang ke kantor kamu dalam keadaan berapi-api dan langsung gotong kamu masuk ke mobil."
"Itu namanya penculikan."
"Yang diculik hak aku ini. Mau ya? Ya ... ya ... ya ... aku ngambek nih."
"Ayayy captain! Jam tiga sore harus udah ada di rumah."
"Siap, Bu Bos! Kalo gitu kamu tidur gih, biar besok pas ketemu udah seger."
"Hmmm, padahal masih pengin denger suara kamu. Ya udah aku tidur dulu. See you sayangnya Dara. Emmuach."
"See you and love you." Dewa juga membalas kecupan jarak jauh itu dengan mencium ponselnya sebelum panggilan tertutup. Semoga saja Dara tidak curiga kalau ajakan yang ia bilang sudah direncanakan jauh-jauh hari ternyata baru terpikir mendadak. Itupun karena saran dari Shanna.
"Ra, kamu nggak perlu sok kuat di depan aku. Kamu lagi nggak menjauh dari aku kan? Kita sepasang, Ra. Aku bukan orang asing," beo Dewa.
Meski Dewa kerap kali menutupi masalahnya, tapi dia sama sekali tidak suka jika Dara juga melakukan hal yang sama. Dia ingin semua yang terjadi pada gadis itu diceritakan padanya. Dia ingin egois, agar dialah yang menjadi satu-satunya tumpuan gadis itu. Dewa tidak rela jika Dara berbagi apapun dengan orang lain. Apalagi jika dia sampai tidak tahu tentang apapun hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADARADEWA2 [END]
Novela JuvenilNiat pergi untuk kembali menjadi pribadi yang lebih baik sepertinya tidak akan berjalan dengan mudah. Adara dibuat kaget saat mengetahui Radewa sang mantan kekasih akan melangsungkan pertunangan belum genap sehari sesampainya dia di Indonesia. Cint...