***
Topi yang dikenakan dibuang, Ramos menyeringai sambil menyodorkan pistol ke pelipis Dara. "Lama tidak bertemu, Dewa. Bagaimana, masih mau melawan?"
Bukan waktunya lagi untuk beradu mulut, Dewa berdiri kembali dengan cepat, mengambil pistol dari balik bajunya. Pistol itu diberikan Jenderal Henry secara sembunyi-sembunyi dengan pergerakan sangat cepat sebelum pergi tadi. Tidak heran, jika Dara dan keempat bujang dibuat kaget saat melihat pistol tersebut sudah mengacung sempurna ke arah Ramos.
"Bukan hanya sekedar mau, tapi saya jauh lebih berani sekarang. Anda sudah tidak memiliki apapun," kata Dewa meremehkan, "wajah tua, dengan tenaga yang tidak seberapa. Bahkan pergerakan anda sejujurnya sangat lambat. Ayolah, Tuan Ramos, jika anda diam, mungkin hukuman anda akan lebih ringan. Hukuman mati misalnya. Saya tau, orang tua seperti anda tidak akan sanggup jika dihukum seumur hidup. Langsung mati jauh lebih baik, bukan?" lanjutnya memprovokasi.
"Bajingan kamu, Dewa. Omongan kamu terlalu tinggi!" Ramos mendekap leher Dara semakin erat. Ujung pistolnya pun sudah menempel di pelipis wanita itu, "katakan segera pesan-pesan terakhir kamu sebelum dia mati. Hanya sepuluh detik waktu yang tersisa. Jika saya hancur, maka kamu juga harus hancur, Dewa. Saya dipenjara, kamu kehilangan dia," ancamnya dengan tawa terbahak-bahak.
"Sepuluh ... sembilan ... delapan ... tujuh ...."
Ramos mulai berhitung mundur, namun bibir Dewa masih mengatup sempurna. Dia terlihat santai padahal waktu yang tersisa tinggal enam detik lagi.
Dara memberikan kode untuk melawan, dia punya skill bela diri. Kejadian ini mengingatkannya pada saat dulu dia ditawan oleh Jerry. Dara bisa melakukannya lagi, menyikut wajah Ramos, lantas memutar tangan pria itu dan menjatuhkannya. Namun Dewa menggeleng kecil. Dia tau apa yang harus dilakukan.
"Sa--."
Bunyi dor menggelegar. Abian, Zidan, Sebastian, dan Joko menutup mata mereka. Tidak sanggup jika harus melihat Dara yang berlumuran darah.
"A-apa yang terjadi," kata Dara terbata-bata sembari membuka mata. Dewa dengan cepat menarik Dara, mendorongnya pelan pada Abian untuk dijaga.
"Brengsek kau, Dewa!!" Ramos kembali akan menekan pistol, tapi Dewa sudah lebih dulu menginjak pergelangan tangan pria itu hingga berbunyi krekk.
Zidan ikut membantu, memegangi tangan Ramos yang satunya agar dia tidak bisa memukul Dewa.
Ya, Dewa berhasil melumpuhkan Ramos sebelum dia selesai mengucapkan kata satu. Menembak pria itu di paha sebelah kanan hingga akhirnya jatuh lebih dulu sebelum sempat menembak Dara.
Pistol yang ada di tangan Ramos diambil, Dewa memukul-mukul pistol tersebut ke kepala pria itu. "Cara anda menyerang benar-benar bodoh. Sepuluh detik adalah waktu yang sangat berharga untuk melawan balik. Keraguan saya memang benar, proses anda menjadi seorang Jenderal pastilah diisi dengan cara kotor. Dan lihatlah hasilnya. Tidak berguna!!" maki Dewa menekan kakinya, menindih dada Ramos.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADARADEWA2 [END]
JugendliteraturNiat pergi untuk kembali menjadi pribadi yang lebih baik sepertinya tidak akan berjalan dengan mudah. Adara dibuat kaget saat mengetahui Radewa sang mantan kekasih akan melangsungkan pertunangan belum genap sehari sesampainya dia di Indonesia. Cint...