32. Cinta dan Kekuasaan

1.6K 157 33
                                    

Morning gengsss
Jangan lupa vot+komennya❤❤❤

Morning gengsssJangan lupa vot+komennya❤❤❤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*
*
*


Tiga hari setelah pameran berlangsung, Sekala yang minggu lalu pergi dinas ke Thailand sudah pulang kembali. Semuanya terlihat masih biasa seperti sebelumnya bagi cowok itu. Karena Sekala juga tidak tahu, bahwa baik Dara, Maxim, maupun keluarganya yang lain telah mengetahui tabiatnya yang berubah. Yang tega menghancurkan sepupunya sendiri.

Hingga saat ini, dia hanya tau tentang pameran yang sempat kacau, namun kembali berjalan lancar sehari setelahnya.

Sekala telah istirahat dua jam lamanya. Dia saat ini tengah duduk di meja makan bersama Maxim dan Vio. Entah mengapa, rasanya ada yang berbeda dari kedua orang tuanya itu. Sekala bercerita begitu banyak tentang harinya di Thailand, namun tanggapan mereka sekedar deheman dan senyuman singkat.

"Selesai makan, Papah ingin bicara dengan kamu. Datang ke ruang kerja Papah," ujar Maxim langsung pergi begitu saja. Makanan di piringnya bahkan masih tersisa.

"Papah kenapa, Mah. Kok makannya nggak habis?" tanya Sekala heran.

"Mungkin lagi nggak nafsu. Kamu cepetan makannya, Mamah ikut nunggu di sana," jawab Vio dengan senyum tipis.

"Aneh. Mereka kenapa?" gumam Sekala. Makanan di atas piringnya ditinggalkan, Sekala berjalan cepat menyusul ke dua orang tuanya. Ada sesuatu juga yang ia ingin katakan pada mereka.

Tatapan dingin dari Maxim dan Vio menjadi sambutan yang membuat Sekala merinding. Mereka tidak pernah seperti ini sebelumnya.

Maxim duduk di kursi kebesarannya, sementara Vio duduk di sofa dengan kaki menyilang dan tangan bersedekap dada.

"Pah, Sekala boleh bicara lebih dulu dari Papah?" tanya Sekala basa-basi dibanding didiamkan terus menerus.

"Hmm," jawab Maxim singkat.

"Sekala mau mengundurkan diri dari perusahaan," kata Sekala cepat.

Vio langsung berdiri, melirik Maxim yang masih setia duduk di kursinya dengan wajah kaget. Keduanya membatin hal yang sama. Apa yang membuat Sekala memilih mundur, setelah ia melakukan hal keji untuk mengalahkan Dara.

"Maksud kamu, Kal?" tanya Maxim.

Sekala merosotkan tubuhnya. Menjadikan lututnya sebagai tumpuan. "Maaf, Pah. Maafin Sekala. Sekala jahat pada Dara. Selama ini Sekala mengirim teror supaya penyakit Dara kambuh lagi. Kekacauan yang terjadi di pameran kemaren, itu juga ulah Sekala. Maaf, Pah. Sekala khilaf. Sekarang Sekala merasa nggak pantas lagi untuk menjadi pemimpin," jelasnya menundukan kepala.

"Kenapa kamu mengakui kesalahan kamu. Apa karena kamu sudah tau, bahwa Papah dan Dara sebenarnya sudah tahu kejahatan kamu?!" tanya Maxim mengintimidasi. Ia tidak bisa percaya begitu saja pada Sekala. Bisa saja putranya itu sudah diberitahu oleh seorang petinggi, bahwa mereka sudah ketahuan. Dan Sekala mengaku lebih dulu, agar Maxim mau luluh.

ADARADEWA2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang