Prolog

6.1K 199 5
                                    

"Ayah harap mulai detik ini kamu jauhin Dewa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Ayah harap mulai detik ini kamu jauhin Dewa. Dia sudah menjadi tunangan Selina."

Ini kalimat terkejam yang Dara dengar selepas mendaratnya ia ke Indonesia. Pandu dengan entengnya mengatakan kalimat itu saat ia baru saja turun dari panggung. Sengaja menghampiri Dara yang duduk bersama Joko, Zidan dan Sebastian di meja paling belakang. Dia bahkan mengabaikan tamu undangan yang hendak mengucapkan ucapan selamat demi memperingati Dara terlebih dahulu.

Dara berusaha kuat. Dia beranjak dari kursinya, tetap tersenyum dengan ramah. "Kalau Dara tidak mau, bagaimana?"

"Ayah nggak jamin kamu bakal bisa hidup tenang. Ini demi kebaikan kamu sendiri, Dara. Keluarga Selina bukan keluarga sembarangan."

"Bukan keluarga sembarangan?" Dara manggut-manggut sembari berjalan perlahan. Berhenti, tersenyum menepukan kedua tangannya, "kayanya bakal seru deh. Bumantara juga nggak bisa dianggap remeh. Mungkin mereka sepadan."

"Dan satu lagi, Yah. Di atas Bumantara akan berdiri kokoh perusahaan bernama Batari. Dara jadi nggak sabar."

Miranti yang datang bersama Pandu terkekeh pelan. Begitu pula Joko, Zidan dan Sebastian. Sejujurnya mereka sedikit bingung mengenai perubahan Pandu yang begitu banyak. Dulu sebelum Dara pergi ia begitu menyayangi dan mendukung penuh hubungan Dewa dengan Dara. Tapi kenapa sekarang dia seperti itu. Pandu telah berubah menjadi sosok pemaksa.

"Terima kasih karena sudah mengkhawatirkan Dara. Tapi Ayah tenang saja, Dara bakal baik-baik aja, Kok." Perasaan gugup dan takut menyelimuti hati Dara namun dia berhasil mengelabui Pandu dengan tetap tersenyum. Wajahnya begitu antusias menerima ucapan Pandu yang sedang menantang serta meremehkannya.

"Permisi, Yah. Dara sama mereka sebenarnya mau makan malam, jadi tidak bisa lama-lama di sini. Sekali lagi, selamat ya, Yah."

"Bunda, Dara pamit. Kapan-kapan boleh main ke rumah kan?"

"Boleh, Sayang. Kamu sudah Bunda anggap seperti anak sendiri. Jadi rumah Bunda ya rumah kamu juga."

"Ayo, Ra. Kelas lo bukan di sini. Gue tau, makanan di sini pasti nggak cocok sama lidah lo," sela Zidan.

Joko melirik ke arah piring-piring yang sedang pelayan sajikan kepada tamu undangan. "Gue setuju sama Zidan. Not classy! Sayang banget, padahal bukan keluarga sembarangan," sindirnya.

Sebastian memberikan lengannya untuk di gandeng oleh Dara. "Lo harus nyoba beef terbaik yang ada di hotel ini. Gak masalah kalo sampe habis ratusan juta. Gue sama mereka udah biasa."

"Aww. Thanks. Kalo enak gue bakal suruh kokinya buat masakin setiap hari di rumah." Sekali lagi Dara tersenyum penuh kemenangan setelah berhasil menyindir Pandu hingga pria itu mengepalkan tangannya dalam diam.

Setelah menunduk tanpa pamit, Dara menerima uluran tangan Sebastian lantas pergi bersama Joko dan Zidan di belakangnya. Dia menengok ke belakang, memberikan kedipan singkat untuk Dewa yang sedari tadi menatapnya dari atas panggung. Tujuannya melakukan itu jelas untuk membuat Selina cemburu.

"Anak ini jadi semakin berani. Pergaulannya di Canada membuatnya tidak tahu diri," cibir Pandu.

"Sepertinya Bunda harus beli kaca yang jauh lebih besar dari yang ada di rumah," sindir Miranti melengos pergi. Bukankan yang lupa diri adalah Pandu? Dia jelas-jelas banyak dibantu oleh Maxim dalam hal mengurus bisnis. Saham-pun diberikan cuma-cuma untuknya. Tapi ini balasan yang ia berikan pada Maxim. Menyakiti perasaan keponakan tersayangnya secara terang-terangan.

***

Gedung setinggi lima puluh lantai berdiri kokoh di antara gedung-gedung tinggi pencakar langit Jakarta. Gedung itu milik perusahaan Batari Group yang dibangun untuk dijadikan gedung sementara. Persis di sebelah Kanan gedung tersebut, berdiri gedung utama dengan tinggi seratus lantai yang masih dalam proses pembangunan.

Dara hari ini resmi menjadi CEO baru Batari Group menggantikan Maxim yang menjabat sementara menggantikan Hans. Selama berkuliah di Canada, Dara belajar mati-matian bagaimana caranya mengurus sebuah perusahaan. Jason dan Maxim kerap kali bolak-balik Jakarta-Canada untuk menjadi pembimbing Dara dan juga Sekala. Mereka juga dibantu oleh seorang ahli dari Canada yang juga merupakan rekan bisnis Maxim sendiri.

Memakai cape blazer hitam dengan bawahan celana membuat kesan semi formal pada Dara. Surai yang diikat rendah menyisakan anak rambut juga memberi kesan elegan tersendiri untuknya. Dia tengah berdiri bersedekap dada memandang keluar dari dalam ruangannya di lantai paling atas.

"Dara bisa kan, Da?" beonya sembari memandang satu persatu rangkaian bunga ucapan selamat yang tersusun rapi di parkiran.

"Bisa, Ra. Lo pasti bisa. Lo punya dua Om hebat dan sepupu yang bakal bantuin lo nantinya," imbuhnya meyakinkan diri.

Suara ketukan pintu terdengar. Dara mempersilahkan karyawan tersebut masuk. "Permisi, Bu. Saya mau mengantarkan kotak hadiah."

"Dari siapa?"

"Di sini tidak ada nama pengirimnya. Tapi kurir tadi sempat bilang kalau dia adalah teman lama Bu Dara."

"Oh. Kalau begitu taruh saja di meja."

"Baik, Bu. Permisi."

"Eh tunggu."

Karyawan tersebut berbalik badan kembali. "Iya, kenapa, Bu."

"Jangan panggil saya Ibu. Nona saja."

"Ouh ... baik, Nona. Saya, permisi."

Kotak berwarna merah berukuran sedang itu menjadi fokus baru Dara. Dia mengambilnya. Menggoyangkan, mendekatkan pada telinga. Teman lama? Siapa?

Seperkian detik dia mengamati bagian luar kotak tersebut akhirnya dia membukanya. Dara terperanjat. Kotak itu dibuang, dia mundur dua langkah menabrak meja kerjanya.

Mengatur napas perlahan, Dara memberanikan diri untuk mengambil kotak itu kembali. Pisau berlumuran cairan merah dengan foto Segara yang sengaja dirobek merupakan isi dari kotak tersebut. Ternyata tidak hanya itu, terselip di bawahnya tulisan bertinta merah, "Hai Dara, selamat untuk jabatan barunya."

"Abian?" Dara menggeleng tegas, "nggak mungkin dia yang kirim ini. Abian kan masih di penjara!"

"Tapi siapa? Kenapa harus membawa-bawa Segara!"

Kotak itu ditutup, ditaruhnya kembali ke atas meja. "Kalau ini adalah peringatan. Ok. Gue siap!"

"Let's begin!" ucapnya tegas menatap tajam ke depan.

***

Jadi gimana? Masih sabar atau enggak nunggu kelanjutannya.

Yang emosi sama Pandu coba keluarin unek-uneknya ➡️

Jangan lupa jaga kesehatan semua, see you💙🖤

Jangan lupa jaga kesehatan semua, see you💙🖤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ADARADEWA2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang