Extra Part // KABUR

2.1K 144 11
                                    

Hai...

*
*
*

"Apa yang terjadi dengan istri saya, Dok?" tanya Dewa terus-menerus, padahal dokter yang bertugas masih memeriksa Dara. Wanita itu langsung dibawa menuju Sierra Hospital setelah pingsan tadi. Padahal dia sudah lebih dulu sadar ketika masih dalam perjalanan. Tapi Dewa tetap kekeh membawanya ke sana, untuk memastikan kondisi sebenar-benarnya.

"Dad, can you stop asking? Dokternya lagi periksa Mommy. Nanti dokternya tidak kon ... kon ... kon ... kontraseksi!!" protes Lavary yang membuat seisi ruangan tertawa.

"Konsentrasi, Lav," kata Abian yang sedari tadi menggendong gadis kecil itu.

"Ah, iya itu. Thanks, Uncle," ucap Lavary.

"Sama-sama," balas Abian nyengir.

"Daddy khawatir, Lav. Memang Lava nggak khawatir sama Mommy?" tanya Dewa mengambil alih sang anak untuk digendongnya.

Lavary mengangguk kecil. "Iya. Tapi, kan, Mommy sudah sadar. Lava saja pusing dengar omongan Daddy, apalagi Mommy. Nanti Mommy pingsan lagi, loh."

"Bener apa kata, Lava. Kamu tuh berisik!" sinis Dara menyetujui omongan sang putri.

"Keluarga kecil ini sepertinya sangat ramai, ya, di rumah. Lihat, di rumah sakit yang merupakan tempat umum saja mereka terus mengobrol tanpa ada yang menengahi," sindir dokter bercanda.

"Memang benar, Dok. Kalau di rumah lebih parah. Tapi dokter tau sendiri lah, siapa yang kalah," imbuh Abian. Dia tidak mengada-ada, memang Dewa, Dara dan Lavary adalah keluarga kecil yang berisik.

"Tenang saja, Pak Dewa, nanti kalau yang ini lahir, dia pasti akan membela Pak Dewa," kata dokter menepuk pundak Dewa, "selamat, istri anda tengah mengandung anak ke dua," lanjutnya.

"Dok, serius?" tanya Dewa masih belum percaya.

"Masa saya main-main dengan kabar bahagia seperti ini. Usia kandungannya masih tiga minggu, pantas jika Ibu Dara lemah kondisinya. Setelah ini, saya harap tidak ada yang mengganggu atau mengagetkan Ibu Dara agar dia dan janinnya terjaga kesehatannya."

"Pasti. Pasti saya akan menjaga istri saya dengan baik." Raut bahagia terpancar jelas di wajah Dewa. Ada banyak beribu terima kasih untuk Dara yang tidak cukup jika hanya sekedar diucapkan lewat kata. Bagaimana tidak, Impiannya untuk memiliki anak banyak mulai terealisasikan.

"Congrats, ya, Wa, Ra. Congrats juga buat ponakan Uncle, sebentar lagi bakal punya adek," ucap Abian.

"Makasih, Bi," balas Dara tersenyum. Dia mengenggam tangan Lavary, "Lav senang, Kan?"

"No. Lav tidak senang!" ketus Lavary menarik tangannya.

"Loh, kenapa sayang?" tanya Dewa mengusapi pipi Lavary.

ADARADEWA2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang