*
*
*"Gue mau, Dara sakit mental lagi. Kalo bisa sampai dia benar-benar gila!" Dara menutup mulut setelah membaca pesan yang dikirimkan Selina pada Reina. Pesan itu menjadi awal mula dari rencana jahat mereka. Pesan dengan huruf besar itu menandakan bahwa saat mengirimnya, Selina benar-benar dalam keadaan marah.
"Gila!" geram Sebastian, "mereka pikir mereka siapa? Beraninya bikin rencana seperti ini. Awas lo berdua!!" Sebastian memukul sofa. Dia sangat marah pada keduanya. Terutama Selina. Dia dokter psikolog dan bisa-bisanya dia menulis kalimat seperti itu.
Dara dan Sebastian tidak habis pikir. Untuk Reina, gadis itu memang terlihat sangat angkuh. Tapi Selina? Dia terlihat polos dan anggun. Bahkan saat bertemu mereka di cafe, Selina bersikap sangat ramah dan terus tersenyum pada mereka. Dia juga terang-terangan memarahi Reina karena berkata tidak sopan mengenai Ibunya.
Tapi di belakang, mereka ternyata sama-sama piciknya. Bekerja sama membunuh Ibu Reina. Dan sekarang, mereka berusaha membuat mental Dara kembali rusak.
"Hanya karena Dewa, Selina berani mempertaruhkan karirnya. Kalau sampai ini diketahui pihak IDI, pasti dia akan dicabut ijin prakteknya sebagai dokter." Dara menggigit kukunya. Dia menjadi sangat khawatir bahkan tangannya mulai gemetar lagi. Dia buru-buru menyembunyikannya sebelum Sebastian melihat.
"Selina terobsesi sama Dewa?" tanya Sebastian ragu.
"Sepertinya, iya," jawab Dara mengangguk. Jika bukan obsesi, lantas apa?
"Kita harus laporin ini, Ra. Mereka udah kelewatan!"
Dara menggeleng. "Jangan gegabah. Bisa-bisa kita dilaporin balik karena udah menyadap nomor Reina. Bokapnya Selina jendral. Dia juga punya media yang bisa memutar balikan fakta dengan cepat."
"Terus kita harus gimana, Ra. Gue nggak mau lo kenapa-napa."
"Mereka mau bikin mental gue jatuh lagi kan? Gimana kalo gue duluan yang bikin mental mereka nggak aman. Ya sedikit kasih pelajaran lah," jawab Dara menyeringai.
Sebastian langsung mengerti dengan apa yang dikatakan Dara. Dia paham harus dengan cara apa membalas Reina dan Selina. Dara betul, terlalu beresiko jika mereka langsung melaporkan Selina dan Reina. Hukum bisa dibeli, fakta bisa dimanipulasi.
Reina dan Selina harus diajarkan apa itu karma. Mereka terlalu terbuai akan kekuasaan orang tua sampai lupa bahwa Tuhan bisa membalas lebih kejam dari apa yang mereka lakukan. Sayangnya, mereka salah memilih lawan. Mungkin Dara memang tidak seberkuasa Ramos, tapi Dara memiliki orang-orang hebat di sekitarnya yang bisa membantu mengatur serangan balik.
"Bas, gue mohon jangan kasih tau siapapun. Cukup kita berdua yang tau soal ini."
Dahi Sebastian berkerut. "Loh kenapa? Lo nggak mau kasih tau Dewa?"
"Nggak. Gue nggak mau bikin dia khawatir. Lo nggak kasian sama Dewa? Dia pasti cape harus tugas kesana kemari. Ditambah ngurus pernikahan dia yang dua bulan lagi bakal dilangsungkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
ADARADEWA2 [END]
Novela JuvenilNiat pergi untuk kembali menjadi pribadi yang lebih baik sepertinya tidak akan berjalan dengan mudah. Adara dibuat kaget saat mengetahui Radewa sang mantan kekasih akan melangsungkan pertunangan belum genap sehari sesampainya dia di Indonesia. Cint...