2. Pengawal

1.8K 137 3
                                    

Selamat siang menjelang sore semuanya...

Sebelum baca vote dulu yuk, satu vote kalian berarti buat author 👍😭💞💙🖤

Dengan secangkir coklat hangat di genggaman, Dara berjalan perlahan mengamati halaman belakang rumahnya dari balik pintu kaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dengan secangkir coklat hangat di genggaman, Dara berjalan perlahan mengamati halaman belakang rumahnya dari balik pintu kaca. Gerimis tengah turun, membasahi rumput hijau, membuat tampias di sekitaran sofa yang berada di tengah halaman berpayung.

Dulu, dia dan sahabat cowoknya kerap kali berkumpul di sana. Mengadakan pesta barbeque mendadak, merepotkan Bi Asih dan Pak Rudi yang harus bolak-balik mengantarkan daging hasil marinasi.

Tawa mereka kembali terdengar, melintas di kepala Dara. Hari-hari itu adalah hari-hari yang ia rindukan. Belum ada masalah berarti selain Joko yang kerap kali emosi karena mendapat ledekan yang dibungkus dengan cacian. Atau Zidan yang iri melihat kemesraan dia dan Dewa.

"Gue nggak boleh menghakimi waktu, tapi gue bener-bener rindu. Rindu pada waktu di mana formasi kita masih lengkap. Di mana Segara masih ada."

"Gue kangen masa-masa itu. Sekarang buat ngumpul aja susah."

"Dan pastinya nggak akan pernah bisa lengkap lagi kaya dulu."

Dara menghela napas panjang. Coklatnya sama sekali tidak menghangatkan. Yang ada hatinya bertambah dingin, sama seperti udara yang suhunya turun karena gerimis di luar sana sudah berubah menjadi hujan lebat.

"Hujannya semakin deras, langitpun semakin gelap karena udah mau malam. Tapi setidaknya gue datang bawa kabar gembira buat lo." Sekala ternyata sedari tadi berdiri di belakangnya. Bersedekap dada menyandarkan tubuhnya pada salah satu sisi tembok.

"Semenggembirakan apa sampai lo kayanya antusias banget," jawab Dara lantas menaruh cangkir itu di atas meja. Dia duduk, merebahkan kepalanya pada kepala sofa.

"Kata bokap, Pak Rudi bakal kerja di sini lagi. Lusa, dia datang," ujar Sekala. Setelah ditinggalkan Dara ke Canada, Pak Rudi memang memilih pulang ke kampung halaman. Toh pekerjaan apa yang harus ia lakukan jika satu-satunya alasan ia bertahan tidak ada. Tidak enak hati pada Maxim yang memberikannya gaji penuh tapi dia tidak bekerja segiat sebelumnya.

"Serius?"

"Iya. Seneng kan lo?"

Dara manggut-manggut. "Gue ngerasa aman aja kalau Pak Rudi yang jaga ini rumah. Akhirnya gue bisa tidur nyenyak."

"Emang kemaren-kamaren lo nggak bisa tidur?" tanya Sekala ikut mendudukan dirinya.

"Nggak. Gue takut lo masuk rumah terus ambil barang-barang gue," ledek Dara.

"Kambuh lagi? Aduh mana sekarang nggak ada Dewa lagi. Siapa yang bakal bantuin buat ngerubah lo?!" Sekala berseru panik. Dara sudah lama tidak berkonsultasi dengan dokter Shanna.

ADARADEWA2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang