Niat pergi untuk kembali menjadi pribadi yang lebih baik sepertinya tidak akan berjalan dengan mudah. Adara dibuat kaget saat mengetahui Radewa sang mantan kekasih akan melangsungkan pertunangan belum genap sehari sesampainya dia di Indonesia.
Cint...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
Bukan hal yang mudah untuk Miranti bisa tetap tegar. Ia awalnya ingin kembali ke rumah saudaranya, namun Vio dan Dara memaksa agar Miranti mau tinggal bersama mereka. Pikir Vio, tidak lama lagi mereka juga akan menjadi besan. Ada banyak kamar tersisa yang bisa ditempati sesuka hati.
Alhasil perdebatan sengit tak bisa terelakan. Vio ingin membawa Miranti ke rumahnya, agar ia bisa mendapat teman mengobrol. Dan Dara juga ingin Miranti tinggal bersamanya, agar ia bisa merasakan hadirnya seorang ibu di rumah. Dan keputusan akhirnya, Miranti akan menetap sementara atau bahkan selamanya di rumah Dara.
Miranti untuk saat ini belum bisa kembali ke rumahnya bersama Pandu. Ada banyak hal menyenangkan yang terkubur dalam menjadi kenangan yang menyakitkan. Ia akan kembali, kala ikhlas sudah ada dalam dirinya. Saat semua rasa pahit bisa bersanding dengan tenang bersama bahagia di kemudian hari.
"Makanan siap ...." ujar Dara girang sambil menyuguhkan piring penuh makanan ke meja. Dia hanya membantu membawa, karena yang memasak tentunya Bi Asih dengan pengawasan Vio.
"Makan ... makan ...." Joko berujar keras. Melihat makanan rasanya seperti melihat kolam air di tengah padang pasir.
"Jangan malu-maluin napa, Jok," kata Zidan menutup wajahnya.
"Kaya nggak pernah dikasih makan aja lo, Joko," imbuh Sebastian geleng-geleng kepala.
"Gue padahal lagi berusaha mencairkan suasana loh. Ini itu sebuah perwujudan bagaimana gue menghargai orang lain. Yakali disuguhin makanan gue cemberut. Ya nggak, Bund?" sangkal Joko disertai sindiran. Memang tidak ada wajah senang yang tergambar di wajah wanita itu sedari tadi.
"Hehe, Bund. Canda lah." Joko mendekat, membalikan piring makan Miranti, lalu mulai mengambilkan nasi dan lauk pauk, "sini, biar Joko suapin Bunda. Bunda harus makan yang banyak, soalnya Bunda mulai kurusan," ucapnya memasukan satu sendok makan ke dalam mulut Miranti.
"Aaa, meleleh gue liatnya. Lo bisa romantis juga, Jok," kata Zidan yang dijawab anggukan sombong Joko.
"Bunda-Bunda. Punya anak anak satu malah nggak tau ke mana," celetuk Abian.
"Eh, iya, Dewa ke mana?" tanya Maxim menyadari.
"Kalau dari lokasi, dia lagi di kuburan Segara, Om," jawab Sebastian. Dia disuruh melacak keberadaan Dewa oleh Abian. Dia takut Dewa berbuat aneh-aneh dengan pergi ke tempat yang tidak mereka ketahui.
"Ngapain?" tanya Vio heran.
"Ada yang nggak mau maafin Dewa, sebelum dia dapat maaf dari Segara," jawab Sekala melirik Dara yang berpura-pura tuli. Asik sendiri dengan makanannya. Padahal dia tadi begitu bersemangat menyuguhkan makanan.
"Jadi dia lagi minta maaf sama Segara, sekarang?" kaget Miranti.
Abian berdehem. "kayanya, Bund. Lagian aneh-aneh aja yang ngasih syarat. Eh yang dikasih syarat juga pemikirannya out of the box. Mau heran, tapi dua-duanya sahabat Bian," katanya.