14. Don't

1.1K 98 3
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*
*
*

"Puas, Sel?" sindir Dewa. Dia dan Selina sudah sampai di kediaman Selina. Selama beberapa lama diam, akhirnya Dewa bersuara lagi. Mereka masih berada di dalam mobil.

"Banget. Apalagi liat Dara yang matanya memerah nahan nangis. Kalau dia kambuh, kayanya lebih seru."

Dewa emosi, dia mencengkeram pipi Selina kuat-kuat. "Jaga ucapan kamu. Aku masih berbaik hati menurut sama omongan kamu, Sel!" geramnya.

"Memang harusnya seperti itu bukan. Kalau kamu tidak menurut. Ayah kamu akan dipenjara, lalu Bundamu yang kaget akan jantungan. Dan yang terakhir, Dara pasti akan menjauh dari kamu karena selama ini kamu sudah membohonginya. Ayah kamu menjebak sahabat kamu dan kamu diam saja. Dara pasti akan sangat kecewa." Selina menjawab dengan wajah yang masih dicengkram. Menyungging senyum sinis meremehkan Dewa.

Cengkraman dilepas kasar. Pipi Selina memerah padam. "Hari ini aku maafin kamu karena udah berani main tangan. Tapi kalo besok kamu sentuh aku dengan kasar kaya tadi, aku bakal suruh Papah buat balas ke Dara. Silahkan kamu bisa pulang, atau mau ke rumah Dara dulu juga boleh. Siapa tau di lagi nangis, sesak napas lalu mening-- ... ah, jangan dulu deh. Masih mau liat dia tersiksa."

"See you, Dewa. Love you." ucapnya menyentuh pipi Dewa dengan lembut lalu berjalan keluar dengan senyum penuh kemenangan. Dia melambai meledek Dewa sebelum akhirnya masuk ke dalam rumah.

"Brengsek!" geram Dewa memukul setir mobil.

"Gue bakal balas kalian karena beraninya mengancam Dara. Lihat saja. Siapa yang akan menang!" ucapnya penuh keyakinan.

Dewa belum sempat menjelaskan apa-apa pada Dara. Setelah bertemu di pantai tadi, dia dipaksa Selina untuk makan malam bersama. Jangankan mengirim pesan, memainkan ponsel saja dia tidak diperbolehkan oleh gadis itu.

Jadi dia memutuskan untuk mampir ke rumah Dara dan meminta maaf secara langsung. Mudah-mudahan Dara bisa mengerti. Dewa sungguh merasa bersalah. Apalagi dia tadi tidak menatap gadis itu barang sedikitpun. Dia bahkan diam saja saat Dara disindir habis-habisan oleh Selina.

Ingin Dewa membawa buket bunga, tapi sayang, sepanjang perjalanan tidak ada toko bunga yang buka. Terpaksa dia datang dengan tangan kosong.

Seperti biasa, kediaman gadis itu selalu sepi. Rumah besar dengan penghuni sedikit, siapa pula yang mengharapkan keramaian di sana. Anehnya pintu terbuka lebar. Dewa langsung masuk ke dalam tanpa mengetuk.

Dia berpapasan dengan Bi Asih yang sedang membawa teko berisi air. "Bi, kenapa buru-buru sekali. Dara ada?" tanyanya.

"Den, Dewa," jawab Bi Asih kaget, "lebih baik Aden segera ke kamar Non Dara. Dia sedang menangis, sedari tadi ditenangkan tidak bisa." imbuh Bi Asih menahan gemetar.

Dewa langsung berlari ke atas. Di kamarnya sudah ada Jason, Maxim dan Shanna. Mereka mengerumuni Dara yang meringkuk di lantai bersandar pada ranjang.

"Dewa," ujar Shanna kaget.

ADARADEWA2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang