cap 4

186 31 4
                                    

"mi Hermosa! Tunggu!" Camilo berteriak dari bawah, dia berlari ke atas dengan muka tersipu malu dan panik, menghampiri Carola.

"Ya? Ada apa?" Carola menutupi rasa kesal dan malunya, biasa harus tampil ramah dan tidak boleh goyah.

Seperti itulah pendirian nya, yang dia jaga sejak dia kecil.

"Aku tidak bermaksud, aku hanya sedang banyak pikiran, kau tau" Camilo berusaha menjelaskan tentang keadaan nya, berharap Carola bisa mengerti.

'sabar Carola, dia tidak sengaja tersandung saat melakukan Shape shifting dan kepala nya mendarat tepat di bawah rok mu, hanya kesialan semata' Carola menenangkan pikiran nya sendiri.

"Iya, aku paham Camilo, tapi kau tau.. itu, lumayan memalukan, jadi bisakah kita menjaga jarak untuk beberapa waktu, mungkin sampai nanti sore" Carola berusaha terlihat tidak gugup, dan malu, menyingkirkan semua ekspresi yang bisa menarik perhatian, dan memasang wajah datar.

"Baiklah, aku mengerti, mi Hermosa" Camilo menyingkir dari situ dan tidak berani menatap wajah Carola, memilih untuk menunduk atau melihat ke arah lain saat Carola melihatnya.

'thanks for my gift' Carola masuk ke dalam kamar nya, dan melepaskan semua ekspresi malu nya, serta bunyi detak jantung yang dari tadi tak kunjung mereda.

Meskipun Carola bisa mengendalikan ekspresi juga fisik nya, tapi dia tidak pernah bisa mengendalikan apa yang tidak terlihat oleh mata telanjang.

Misalnya seperti suara detak jantung, dia tidak bisa mengendalikan nya untuk lebih tenang, atau mood nya.

"Tenang lah wahai diriku" Carola duduk di hadapan cermin yang lumayan besar, memegang wajahnya sendiri yang sangat panas dan terlihat sangat merah seperti terbakar.

"Ya ampun Camilo, apa yang kau lakukan, ya aku tau itu tidak sengaja, tapi mengapa" Carola terus memandangi wajahnya.

Setelah 20 menit dia menenangkan diri di dalam kamar, Carola pun keluar untuk sekedar berjalan-jalan dan berharap untuk tidak bertemu Camilo, atau semua kejadian tadi di dengar oleh Dolores.

"Isa! Wow! Mau kemana kau lari-lari begitu, muka mu sangat kesal dan sedih ada apa?" Carola memasang muka simpati, walaupun jantung nya kembali berisik karena mengingat kejadian tadi.

"Oh Carola, aku, sudahlah lupakan saja, aku hanya ingin sendiri" Isabella sedikit mendorong Carola untuk minggir dari jalan nya.

"Hei, kamu bisa cerita jika mau, aku akan mendengarkan dengan baik, dan di temani secangkir teh bagaimana?" Carola menawarkan diri untuk mendengarkan curhatan seorang primadona.

Isabella diam di tempatnya selama beberapa detik, kemudian berbalik.

"Baiklah" Isa menjawabnya dengan nada pasrah.

Carola membuat senyuman simple untuk menunjukan rasa empati, dan menuntun Isabella ke arah dapur.

Carola mendudukkan nya di salah satu bangku, kemudian berjalan membuat 2 gelas teh.

"Aku rasa kau mempunya kekuatan negosiasi, Carola"

"Hahaha, aku anggap itu pujian Isa" Carola tertawa sedikit, memberikan reaksi sebaik mungkin bagi Isabella yang sedang dalam emosi tidak stabil.

"Ini teh mu, pelan-pelan minumnya" Carola yang muncul di sebelah Isabella membuatnya sedikit terkejut.

Carola menyerahkan satu cangkir berisi teh manis hangat di hadapan Isabella.

"Jadi ada apa?" Casita yang paham bahwa Carola ingin duduk membawakan nya sebuah kursi, Carola langsung menurunkan badan nya di atas kursi yang dibawakan Casita.

"Thanks"

Lalu sebuah lantai terangkat tanda Casita membalas omongan Carola.

"Apa yang harus aku lakukan?" Isabella mulai bercerita dengan apa yang dia alami.

"Maksud nya?" Carola menaikan satu alisnya, bingung dengan pertanyaan Isabella.

"Aku akan di jodohkan oleh abuela ku, dan aku tidak mau itu, tapi aku harus melakukan nya agar keluarga ku bahagia"

Tangan kanan Carola memegang tangan Isabella, berusaha memberikan dukungan sebaik mungkin, namun tidak berlebihan.

"Aku rasa kau berhak menolaknya, maaf aku tidak bermaksud mencampuri urusan keluarga mu, namun melihat mu terpaksa seperti ini membuat ku tidak bisa diam saja"

Akhirnya Isabella mau melihat ke arah Carola, Carola memberikan senyuman hangat.

"Mungkin kau benar, tapi abuela tidak akan suka itu, aku harus terlihat sempurna" dari matanya bisa terlihat bahwa Isabella sangat kebingungan dan tidak tahu harus berbuat apa selain pasrah.

"Isa, aku tahu ini pasti sangat berat bagi mu, menjadi sempurna seperti yang semua orang lihat tidak lah mudah, tapi tidak ada yang sempurna di dunia ini, dan aku yakin sekali"

"Bahkan kau?" Isabella sekarang terlihat sedikit lebih ceria.

"Ya, bahkan aku, abuela, dan semua orang" Carola memang orang yang tepat saat di ajak untuk sekedar ngobrol, atau mengungkapkan isi hati.

"Mungkin aku harus mulai melihat sesuatu seperti mu, Carola, kau orang yang tepat untuk berbagi cerita" sebuah senyuman terlukis di wajah cantiknya.

"Thanks" Carola membalas senyuman nya.

"Apa kau ingin tau sesuatu?" Isabella mulai membuka topik pembicaraan baru.

"Apa itu?" Carola memberikan sebuah senyuman jahil setelah meminum teh nya.

"Aku mendengar ini dari Dolores tadi pagi, saat kami bersama-sama berangkat bertugas" Isabella sedikit memajukan kursinya ke arah Carola.

"Oh, Apa itu?" Jawab Carola yang masih mempertahankan senyuman nya.

"Dolores bilang dia mendengar suara kau sedang berteriak, seperti marah juga sedih, kepada seseorang, tapi kalian memiliki suara yang sama" Isabella sedikit berbisik.

"Ohh, aku tidak tahu itu, mungkin orang lain" Carola dengan wajah datar.

"Ya mungkin saja, terima kasih juga sudah mendengar cerita ku, Carola, aku harap kita bisa berbincang lagi lain kali" Isabella pergi keluar Casita dengan menggunakan bakatnya.

"Kapan pun itu Isa!"

Setelah kepergian Isabella, Carola menaruh cangkir bekas mereka meminum teh tadi.

'aku harus lebih menahan diri lain kali' Carola mengelap tangan nya yang basah sehabis mencuci kedua cangkir tersebut.

"Carola"

"Ya Tia Pepa?"

"Tidak apa, aku hanya memanggil mu"

'hah? Ayolah! Jangan buat aku penasaran begini, aku tau kau menyembunyikan sesuatu Tia, semua terbaca di matamu, akan kah kau menyembunyikan sesuatu dari seorang aktris terbaik abad ini?'

"Okay Tia, ku tinggal ya, bye" Carola melambaikan tangan nya ke arah Tia Pepa, di sertai dengan senyum P*psodent.

"Baiklah, bye" Tia Pepa melambaikan kembali tangan nya kepada Carola, dengan senyuman yang sedikit canggung.

Setidaknya begitulah yang Carola lihat.

___

See you next Capt!

Inside And Outside [Encanto Fanfic]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang