'ngg' Carola membuka matanya, berpikir sebentar.
Dia baru ingat kalau dia sedang berada di kamar Camilo, menemaninya semalaman ketika hancur.
"Milo" Carola memanggil nama Camilo, sebelum akhirnya dia sadar Camilo berada tepat di belakang nya memeluk dia dengan sangat erat.
Carola memutar badan nya menghadap Camilo.
"Hey, Milo, bangun, ini sudah pagi" Carola mengelus pipi Camilo.
"Ngg" Camilo merasa tidur nya terganggu sedikit demi sedikit membuka matanya.
"Pagi" sapa Carola yang berada tepat di bawah dagunya.
"Pagi • • • TUNGGU! APA YANG KAU LAKUKAN DI KAMAR KU!" Camilo melupakan kejadian tadi malam begitu saja, dasar.
Camilo mundur memberikan jarak, dan hampir jatuh ke belakang, untung saja tangan nya di tangkap Carola.
"Hati-hati, ini masih pagi masa kau sudah mau merepotkan Tia Julieta?" Carola menarik Camilo, Camilo yang masih bingung dengan situasi ini juga belum sepenuhnya sadar menjadi lemas, badan nya jatuh menimpa Carola.
"Milo, kau itu berat, ayo bangun" Carola mendorong-dorong badan Camilo.
Camilo menopang tubuhnya dengan kedua tangan nya, posisi mereka seperti top dan bottom, ide jahil muncul di pikiran Camilo.
"Pagi mi Hermosa" Camilo menyeringai, menarik dagu Carola.
"Mau bermain seperti itu ya? Baiklah" Carola tidak akan pernah lupa dengan kejadian ini.
Carola mengalungkan tangan kanan nya di leher Camilo, sedangkan tangan kiri nya menarik rahang Camilo dengan kasar, sekarang hidung mereka bertemu, tatapan penuh godaan Carola lontar kan.
'cup'
Camilo memajukan bibirnya, menyentuh bibir Carola sekilas.
"Manis" Carola mengelap bibir Camilo dengan ibu jarinya.
Camilo memundurkan badan nya, posisinya menjadi duduk.
"Maaf, aku tidak bermaksud, mengapa kau sangat menggoda sihh" Camilo menutup wajahnya dengan bantal yang ada disitu.
"Hm? Camilo aku mau bertanya sesuatu" Carola duduk menyender pada kasur sambil menghadap Camilo.
"Apa kau menyukai ku?" Carola melirik ke arah Camilo, tatapan nya sangat tajam.
Badan Camilo menegang.
"Milo, aku sudah tahu jawaban nya, terima kasih" Carola menyeringai senang, kemudian menurunkan kakinya dari kasur.
"Tunggu, aku belum menjawab" Camilo membuang bantal yang dia pegang, merangkak meraih tangan Carola.
Namun Camilo terlambat, Carola dengan cepat berdiri.
"Kau mau tahu suatu rahasia?" Carola bertanya pada Camilo sambil bercermin memperhatikan dirinya dari ujung kepala sampai ke ujung kaki.
Camilo menaikkan satu alisnya.
"Aku memiliki bakat juga, mirip dengan milik mu" Carola memutar badan nya, bersandar pada tembok.
"Maksudnya? Aku tidak mengerti" Camilo benar-benar bingung.
"Kau ingat aku pernah mengoceh sendiri saat di halaman belakang?" Carola melihat ke arah Camilo yang sedari tadi menatapnya.
Camilo mengangguk.
"Itu bakat ku, aku bisa berakting" Carola mendorong tubuh nya sendiri, dan perlahan berjalan mengitari kamar ini.
"Sekarang kita impas, ingat game yang ku buat saat itu? Aku pemenang nya, aku melihat kelemahan mu terlebih dahulu Milo, sebelum kau mengetahui tentang bakat ku" Carola tersenyum ke arah Camilo.
'Glek'
"Mengapa kau meneguk ludah?" Carola mengangkat wajah Camilo dengan telunjuknya.
"Ah, ha-ha-ha" Camilo menolak melihat Carola.
"Aku akan simpan permintaan ini untuk lain kali" Carola berjalan keluar kamar Camilo.
Tiba-tiba Carola berpapasan dengan Tia Julieta yang sedang mencari-cari Mirabel.
"Ola, apa kau melihat Mira?" Tanya Tia pada Carola.
"Tidak Tia, aku tidak melihatnya" Carola berjalan meninggalkan Tia Julieta begitu saja.
'Dia belum pulang sejak kemarin malam? Sebenarnya dia menghilang kemana?' Carola membuka pintu kamarnya, mandi untuk mempersiapkan diri dengan apa yang akan terjadi pada hari ini.
"Oh" Carola menatap mukanya sendiri jijik, dia muak dengan mukanya.
Carola berlari keluar, tidak memperdulikan mata lain yang melihat nya.
Kakinya terus melangkah secepat mungkin dan sekuat tenaga, mengantarnya pada sungai yang dia temui 3 hari lalu.
"Sungai, bagaimana jika aku adalah salah satu orang yang di sakiti itu?" Carola melihat pantulan dirinya pada air sungai.
"Wajah ini, mengapa sangat mirip dengan milik mereka, aku tidak menyukai nya" Carola duduk di pinggir sungai, termenung menatap ke arah rumput dan hutan di sekitarnya.
"Bodohnya aku tersenyum setiap saat, berlagak semuanya baik-baik saja, aku juga ingin berhenti memakai ini semua dan mulai ekspresi murni ku" Carola memegang wajahnya, di memukul pipinya pelan.
'tes'
"Hujan" Carola menatap langit yang bergerak, menurunkan tangisan.
"Langit, pasti kau juga sedang lelah" Carola tersenyum, ingin tertawa untuk dirinya.
"Hahaha, ayo pulang" Carola berjalan kembali ke Casita.
Casita membuka pintu, memberikan jalan untuk Carola.
Seluruh tubuhnya basah terkena hujan, baju nya saja bisa sampai di peras, ini masih pagi, belum masuk jam makan siang, tapi sudah hujan saja.
Carola masuk ke kamarnya untuk mandi lagi.
Carola diam di kamarnya sampai siang, melupakan jam makan siang karena sibuk menjahit baju untuk Camilo.
Baju dengan nuansa warna putih, yang di berikan corak kuning, juga sebuah kunciran rambut yang warna nya Carola serasi kan dengan baju juga ponco nya.
Bayangan Camilo memakai baju ini terus hadir di pikiran Carola, kalimat pujian yang keluar, atau bahkan reaksi terkejut Camilo saat tahu kalau dia bisa menjahit seperti Mirabel.
Carola keluar untuk makan siang, ini sudah menjelang sore, Mirabel tetap belum di temukan.
Carola berjalan seakan tak terjadi apa-apa, melewati abuela yang sedang beradu mulut dengan Tio Agustino mengenai vision yang Mirabel temukan.
"Seharusnya kau beri tahu aku saat kau menemukan vision itu, pikirkanlah tentang keluarga"
"Aku memikirkan tentang putri ku" jawab Tio menunjuk ke arah dadanya, Tia Julieta yang berada di sebelahnya menggandeng lengan Tio.
"Pepa tenang lah" abuela melihat ke arah belakang, dengan Tia Pepa yang memiliki awan salju di atas nya, serta Tio Felix yang berusaha mengusir awan itu dengan topi.
"Kau harusnya bersyukur ini bukan badai!" Tia Pepa menaikan nada bicaranya, dengan wajah kesal.
"Mama, kau selalu terlalu keras terhadap Mirabel" Tia Julieta membuka suaranya, ikut membela Mirabel.
"Lihat lah rumah kita, Encanto kita" abuela menunjuk pada Casita yang ratakan nya semakin meluas.
"Ibu, maaf tapi warga mencemaskan kalian, mungkin kau bisa menjelaskan nya pada mereka" seorang pria berdiri di depan pintu sambil memegang topi nya.
"Aku akan menemui warga, kalian temukanlah Mirabel" itu pesan terakhir abuela sebelum keluarga dari Casita.
'keluarga ini semakin rumit saja' Carola tidak mau ikut campur terlalu jauh, apa lagi sampai terlibat hal-hal merepotkan lain nya.
Tapi Carola juga akan merasa bersalah jika tidak membela yang benar.
___
See you next Capt!
KAMU SEDANG MEMBACA
Inside And Outside [Encanto Fanfic]
FanfictionSeorang gadis di anugerahkan bakat akting, dia selalu menggunakan bakatnya ini untuk menutupi kesakitan nya, termaksud rasa sakit dari masa lalu nya. Dan ada seseorang yang mencintai nya, namun orang tersebut "tidak tau siapa dirinya sendiri ?" Gadi...