cap 10

136 22 8
                                    

(bacanya pakai hati)

Ini nyaris jam 12 malam, dan Carola tidak bisa tidur, duduk di atas kasurnya bengong menghadap lemari.

"Mungkin sedikit jalan-jalan bisa membuatku lebih baik" Carola tersenyum ke arah Casita, melangkah kan kakinya keluar.

Berputar-putar pada lantai 2, tempat semua kamar tidur berada, kecuali kamar abuela.

Satu persatu pintu dia lewati, tangan nya meraba pintu-pintu tersebut.

Isabella, Luisa, Carola berhenti tepat di depan pintu Mirabel.

'oh Mira, ku harap kau juga memiliki bakat seperti yang anggota keluarga lain nya punya, tapi aku yakin kau akan mendapatkan sesuatu yang lebih spesial' Carola tersenyum, dia jujur untuk yang satu ini, senyuman yang penuh rasa sakit, rasa simpati nya muncul.

Carola lanjut berjalan, menelusuri ruangan Dolores, dia berusaha untuk tetap tersenyum, saat pertunangan Isabella, bahkan dari hari-hari sebelumnya, Dolores terlihat agak berbeda, seperti tersakiti oleh sesuatu yang tidak terlihat.

Carola lanjut berjalan, berhenti tepat di depan pintu Camilo, menatapnya dengan penuh pilu, entah mengapa sakit rasanya melihat Camilo berbeda.

Carola memang sadar beberapa kali Camilo membuat senyuman yang terpaksa, Carola sendiri bahkan hampir tak menyadarinya.

Carola meletakkan dahinya pada pintu Camilo, mengelus pintu itu lebih lembut dari pintu lain nya.

"Hiks"

'hah?' Carola melihat ke sekeliling, mencari asal suara tersebut.

"Hiks"

'suara itu, lagi-lagi, tapi dimana? Aku tidak dapat melihat mu, aku tidak bisa menghibur mu' Carola memundurkan kepalanya dari pintu Camilo, melihat ke bawah.

Suara tangis tadi hilang, Carola bisa merasakan, rasa sakit yang tertimbun lama di dalam tangisan tersebut.

'jangan-jangan' Carola menempelkan kuping nya pada pintu kamar Camilo lagi.

"Hiks"

'itu, Milo' hatinya sakit mendengar suara itu, jujur Carola sudah jatuh hati pada Camilo sejak Camilo sangat memperhatikan nya.

Carola jatuh cinta pada suara nya, sikap nya, wangi tubuhnya, setiap ekspresi nya, dia cinta semua yang ada pada Camilo entah itu kelebihan nya maupun kekurangan nya.

'tok,tok'

"Milo, boleh aku masuk?" Carola mengetuk pintu Camilo, bertanya sebelum masuk, tidak ada jawaban, hanya Isak tangis tadi yang menjawab nya.

"Permisi" Carola masuk tanpa mendapat izin dari Camilo.

Melihat ke sekeliling, ruangan Camilo penuh dengan cermin, namun satu cermin menarik perhatian nya.

Cermin di tutupi oleh phoco nya, yang berada tepat di depan kasurnya.

Carola menggeser phoco itu untuk melihat apa yang ada di baliknya, itu hanya cermin biasa.

Carola memutar badan nya mencari Camilo, matanya menemukan Camilo sedang menangis di balik selimut.

Carola duduk di sebelah nya, mengelus kepalanya pelan, Camilo terkejut.

"Siapa?" Dengan suara serak sehabis menangis Camilo memberanikan diri untuk bertanya.

Carola melihat nya dengan penuh pilu, dia menarik tubuh Camilo dan memeluknya.

"Aku tahu kau tak akan suka suara ini" Carola memejamkan matanya, menenggelamkan wajahnya pada pucuk kepala Camilo.

"Mungkin" Camilo menjawab dengan suara rendah.

"Boleh ku buka selimut mu?" Carola bertanya sembari mengelus kepalanya, hingga ke pundaknya.

Tidak ada jawaban Camilo hanya mengangguk.

'set'

Carola menarik selimut yang menutup rapat seluruh tubuh Camilo, matanya sungguh sembab, tatapan matanya kosong, tidak tahu apa yang terjadi, dia seperti kehilangan dirinya sendiri.

"Milo" Carola memanggil nya, wajah nya terangkat, namun tatapan nya tetap saja kosong.

"Mi Hermosa" Camilo memanggil Carola, suara nya bahkan sudah hampir hilang, sebenarnya sudah berapa lama dia begini.

"Ya?" Carola menatap lekat Camilo, mengelus kepalanya.

"Aku, siapa?" Mental Camilo sudah tidak berwujud, dia selalu di perintah menjadi berbagai macam orang dalam sehari.

"Kau Camilo" hati Carola bagai tersayat.

"Siapa, dia sebenarnya? Apakah aku? Aku, Camilo?" Setiap kata yang dia ucapkan terasa berat, dan memiliki jeda yang panjang.

Carola tidak kuat melihat ini semua, untuk pertama kalinya setelah dia di lahir kan, dia ingin meneteskan air mata untuk seseorang.

"Iya, kau Camilo, anak laki-laki yang selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk orang di sekitarnya, selalu melakukan apa pun yang kau bisa, walaupun sekarang kau kehilangan dirimu sendiri" Carola memeluk Camilo, perasaan nya campur aduk, tapi dia tak mungkin menangis di depan orang yang sedang hancur.

"Apa aku, selalu terlihat seperti ini? Rasanya sedikit berbeda" Camilo melihat dirinya sendiri, yang penampilan nya acak-acakan dan tak karuan pada cermin yang ada di sebelah kasurnya.

"Iya, kau sempurna apa adanya" Carola mempererat pelukannya.

"Benarkah?" Suara nya sedikit lebih baik.

"Iya, kau sudah menanggung terlalu banyak, bahkan tidak menolak"

"Aku lelah Ola, aku lelah" air mata Camilo menetes, membasahi pundak Carola, dia membalas pelukan Carola, Camilo memeluk jauh lebih erat dari yang Carola lakukan.

"Aku tahu Milo, aku tahu"

"Kenapa hanya aku? Ini tidak adil, aku bahkan melupakan siapa aku yang sebenarnya" tangisnya semakin menjadi.

'deg'

"Tidak apa-apa Milo, semua orang menanggung beban juga, kau boleh menangis sesukamu" Carola mencium kepala Camilo.

"Camilo, ada ap-" tiba-tiba muncul Tia Pepa dan Dolores.

"Stt" Carola menaruh jari telunjuk nya di depan mulut, kemudian memberi isyarat kepada mereka berdua untuk keluar.

'sepertinya Dolores mendengar ini' Carola ingin menghela nafas.

"HUAAAAAAAAA" Camilo berteriak melepaskan semua yang dia pendam selama ini.

"Lepaskan Milo, lepaskan" Carola mengelus lembut kepalanya.

Setelah satu jam Camilo menangis, dia akhirnya tertidur setelah kelelahan.

"Tidur yang nyenyak ya" Carola mengelus tangan Camilo, dan meninggalkan nya pergi.

'set'

Carola menoleh, tangan nya di tahan oleh Camilo saat hendak pergi.

"Ada apa Milo?" Carola kembali duduk di pinggir kasur, merapihkan rambut yang menutupi wajah nya.

"Temani aku, ku mohon" Camilo menarik tangan Carola dan dipeluknya.

"Baiklah" Carola menaikan badan nya ke atas kasur, setengah tiduran di sebelah Camilo dengan tangan kiri menyanggah kepalanya.

Akhirnya mereka berdua sama-sama terlelap.

___

See you next Capt!

Hai! Maaf ya di potong segini, ini pendek banget, Karna kalo di terusin hasilnya kepanjangan.

Btw, mau tanya, terserah mau di jawab atau engga, ini feel nya dapet gak sih?

Kalau gak dapet maaf ya (T_T), saya sudah berusaha sebaik mungkin..

Inside And Outside [Encanto Fanfic]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang